Unik, Pasangan Pengantin Ini Pakai Busana dan Dekorasi Pelaminannya dari Limbah
Kostum berbahan limbah tentu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Busana ini sudah biasa dikenakan model dalam even pameran atau peragaan busana.
Editor: Sugiyarto
![Unik, Pasangan Pengantin Ini Pakai Busana dan Dekorasi Pelaminannya dari Limbah](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pesta-pernikahan-dengan-barang-bekas_20180111_225443.jpg)
Gaun yang dikenakan pengantin pun didesain berbahan limbah.
Backdrop dibuat dari limbah tanaman jagung yang dianyam, ditambah hiasan aneka bunga berbahan plastik dan botol minuman.
Kursi pelaminan maupun meja mursi tamu dibuat dari bahan drum serta ban bekas yang dilapisi limbah busa. Sedangkan souvenir untuk tamu dibikin dengan bahan plastik dan kertas.
"Semuanya dari limbah. Kami ingin total, semua dekorasi pakai limbah. Meski saya sempat ragu, tanggapan masyarakat nanti bagaimana," katanya.
Yang paling mencuri perhatian pada akhirnya adalah gaun pengantin berbahan limbah. Kostum itu dibuat dari bahan plastik kresek yang dipadukan bungkus kopi.
Pemilihan bungkus kopi sebagai bahan gaun, kata Pawit, karena limbah itu cukup melimpah di kampungnya.
Ini tak lepas dari kebiasaan warga, terutama anak muda yang suka meminum kopi kemasan dalam setiap kesempatan.
"Pemuda itu kan kadang nongkrong sambil minum kopi. Sehingga banyak bungkus kopi tertinggal, lalu kami kumpulkan daripada terbuang," katanya.
Jas pengantin pria terbuat dari plastik kresek hitam. Jas hitam itu tampak elegan dengan paduan kerah dan saku bewarna merah dari bungkus kopi. Jas itu dilengkapi dengan dasi kupu-kupu dari kemasan kopi.
Gaun mempelai wanita didesain tak kalah anggun. Plastik warna merah putih jadi bahan utama bawahan longdress pengantin hawa dengan motif bunga-bunga. Sementara atasan longdress dominan dari bungkus kopi.
Ternyata sang mempelai wanita, Eni sempat enggan mengenakan gaun yang tak umum ini. Ia takut pernikahannya dipandang sebelah mata orang dan dianggap main-main.
Namun Pawit terus meyakinkan pasangannya itu serta membuka pikirannya tentang misi mulia di balik itu semua. Eni akhirnya tersadar dan bersedia mengenakan kostum tersebut di hari perkawinannya.
"Istri saya akhirnya menurut. Karena saya yakinkan, meski berbahan limbah, namun tetap indah dan tak akan memalukan,"katanya.
Tak disangka, respon masyarakat terhadap resepsi bernuansa limbah ini ternyata positif. Keraguan yang sempat menghantui para pemuda karang taruna dan mempelai berubah optimis.