Sebuah Pengakuan dari Pelaku Pesta Seks Gay di Cianjur
pelaku pesta seks kaum homo di Cianjur, AGW (68), mengaku sudah melakukan hubungan seks menyimpang sejak masih SMA di Bali
Editor: Sanusi
Laporan wartawan Tribun Jabar, Ferri Amiril
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Seorang tersangka pelaku pesta seks kaum homo di Cianjur, AGW (68), mengaku sudah melakukan hubungan seks menyimpang sejak masih SMA di Bali. Awalnya dia menjadi korban dari teman laki-lakinya.
Lama-kelamaan, perilaku seksnya juga mengarah ke homoseksual. Kondisi itu terus berlanjut meskipun dia sudah beristri dan memiliki tiga anak. Dia tetap melakukan seks sesama jenis.
"Saya dari SMA sudah seperti ini, karena jadi korban teman waktu dulu di Bali," katanya di Mapolres Cianjur, Minggu (14/1/2018). Namun untuk pesta seks, dia mengaku baru sekali melakukan, yakni di Cianjur.
Sementara sebelumnya, dia mengaku langsung memesan teman kencan untuk berhubungan di tempat yang ditentukan.
Baca: Pesta Gay di Cianjur, Seorang Pria asal Bali Masih Ditahan Polisi
"Kalau pesta seks baru sekarang, kebetulan ada urusan di Cianjur, saya hubungi teman pria di sini. Biasanya di Bandung saya pesan atau hubungi teman di sana, hanya berdua, tidak berlima seperti kemarin," tuturnya.
Kapolres Cianjur, AKBP Soliyah mengatakan, ia meminta Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk melacak keberadaan aplikasi pencinta sesama jenis yang dilakukan untuk berkumpul tersebut.
"Saya meminta Kemenkominfo untuk menghapus aplikasi tersebut. Ini bisa diakses di smartphone dan sangat riskan untuk generasi muda," ujarnya.
Ia bersama Wakapolres Kompol Santiadjie dan Kasatreskrim AKP Benny Cahyadi memperlihatkan bukti print out dari aplikasi tersebut.
"Ini beberapa percakapan yang kami jadikan sebagai barang bukti. Kami melihat adanya aplikasi yang berbahaya terutama untuk kaum generasi muda karena aplikasi ini bisa diunduh oleh siapapun," katanya.
Wakil Bupati Cianjur, Herman Suherman mengatakan, saat ini pemerintah Kabupaten Cianjur memang sedang gencar melakukan antisipasi adanya LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) ke setiap sekolah.
"Saya setiap hari berkeliling ke sekolah-sekolah agar sekolah waspada terhadap adanya LGBT, pembinaan sekaligus antisipasi terus akan kami lakukan untuk mencegah LGBT tumbuh di Cianjur. Saya yakin para pelajar hanya korban," ujarnya.