Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Petani Menjerit, Musim Panen Raya Tapi Harga Gabah Justru Anjlok

Panen raya di berbagai sentra produksi di wilayah Jawa menunjukkan harga gabah di tingkat petani mulai anjlok.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Petani Menjerit, Musim Panen Raya Tapi Harga Gabah Justru Anjlok
Kompas
Ilustrasi panen padi. 

“Harga segitu sudah turun karena musim panen raya. Sementara harga beras juga turun Rp 9.000 per kilogram,” katanya.

Petani di Jember, Jawa Timur memasuki masa panen ini juga terpaksa harus gigit jari. Pasalnya, harga gabah saat ini tidak sesuai harapan. Adapun harga jual gabah sekarang ini turun drastis dari semula Rp 5.000 per kilogram menjadi Rp 3.800 per kilogram.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember, Jumantoro mengatakan anjloknya harga gabah ini dipengaruhi musim hujan. Pembeli harus bekerja ekstra untuk menjemur padi. Masuknya beras impor dari Vietnam, dikatakan Jumantoro juga memberi pengaruh pada penurunan harga gabah.

“Jika dijual berasnya, khawatir harga beras ikut turun. Padahal, sekarang harganya masih tinggi. Saya kemarin beli beras yang biasa isi lima kilogram harganya Rp 60 ribu,” jelasnya.

Dia menambahkan, kenaikan beras tidak mengubah harga gabah. Pembelian gabah masih menggunakan inpres 2015, yakni harga pembelian pemerintah (HPP) Rp 3.700.

“Padahal, kondisinya sekarang sudah berubah, inpres itu sudah tidak relevan,” tuturnya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bulog menunjukkan hingga 24 Februari ini, serapan gabah Bulog baru mencapai 24.466 ton setara beras. Serapan ini masih kalah jauh dari periode yang sama Februari 2017 dimana serapan gabah mencapai 36.061 ton setara beras.

Berita Rekomendasi

Ekonom Senior, Rizal Ramli menilai Bulog harusnya menyerap gabah petani atau membeli dengan harga pembelian pemerintah (HPP). "Untuk apa impor kalau beras di dalam negeri banyak," ujar Rizal dikutip dari Tribun.

Dia pun mengkritik kebijakan impor beras yang dilakukan pemerintah saat ini. Apalagi impor dilakukan padahal panen raya padi telah dilakukan petani di sejumlah wilayah lumbung beras. "Kebijakan impor ini membuat petani makin sengsara," kata Menteri Koodirnator bidang Perekonomian era Gus Dur ini.

Dia juga curiga ada yang tidak beres dari kebijakan importase beras ini. Diantaranya dugaan adanya komisi besar dalam importase pangan dan buruknya Bulog mengatur stok dan distribusi beras. "Atau apa ini sengaja merusak kehidupan petani?" ujar bekas Menteri Koordinator bidang Maritim dan Sumber Daya itu.

Anggota Komisi IV DPR RI Oo Sutisna heran dengan rendahnya serapan gabah Bulog memasuki panen raya ini. Padahal Bulog berkewajiban memperkuat beras cadangan Pemerintah melalui serapan gabah petani.

“Ini kan sudah panen. Karena sudah ada kewajiban, kenapa Bulog tidak mau beli. Petani itu kan simpel, yang penting gabahnya ada yang beli. Mau Bulog, swasta, tidak ada masalah. Yang penting Bulog jalankan kewajibannya, penuhi gudangnya dengan beras. Sekarang ini momentumnya penuhi gudangnya. Supaya punya cadangan beras cukup. Jadi jangan akal-akalan lagi. Ketika tidak cukup, mau minta impor lagi,” cetusnya.

Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR RI Bambang Haryo Sukartono kecewa berat dengan performa Bulog. Dia punmenilai direksi Bulog yang ada sekarang sudah tidak patut lagi dipertahankan. Alasan dia, Bulog kini dirundung banyak masalah, mulai dari serapan gabah yang anjlok hingga maraknya kasus yang melanda internal Bulog.

Bambang menuturkan, harusnya Bulog ini dikelola oleh sumberdaya manusia yang handal, tidak asal-asalan seperti yang sekarang ini.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas