Meja Karya Perusahaan Furniture di Imogiri Bantul ini Dihargai Rp350 Juta, Ini Keistimewaannya
top table yang dipamerkan dalam Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (Jiffina) 2018 ini dibanderol dengan menyentuh angka Rp350 Juta
Editor: Sugiyarto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Wahyu Setiawan Nugroho
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Bukan rahasia lagi jika barang-barang berbau etnik dan unik memiliki harga selangit.
Terlebih, furniture yang menggunakan bahan baku kayu keras, langka dan memiliki usia yang benar-benar tua.
Itulah yang menyebabkan furniture berbahan dasar kayu memiliki harga yang cukup fantastis.
Salah satunya yakni furniture berjenis top table yang dipamerkan dalam Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (Jiffina) 2018.
Top table yang dipamerkan di JEC sejak Sabtu (10/3/2018) lalu ini merupakan karya perusahaan furniture yang berlokasi di Imogiri yakni De Kayon.
Cukup fantastis, furniture ini dibanderol dengan menyentuh angka Rp350 Juta.
"Produk Top table ini harganya Rp 350 Juta pakai kayu Rosewood yang diimpor dari Afrika," jelas Irawan, Marketing Manager De Kayon saat ditemui Tribunjogja.com, Senin (12/3/2018) sore.
Harga itu dinilai sebanding jika menilik pemilihan bahan baku kayu hingga proses pembuatan dan finishing dari top table yang mengusung konsep kayu ekspose ini.
Kayu Rosewood sendiri memang dikenal sebagai kayu keras yang memiliki tekstur sangat unik dengan pola guratan-guratan warna berbeda dalam satu kayu.
Kayu yang memiliki dua warna dominan ini dibentang dengan dimensi ketebalan 15cm, lebar 140cm dan panjang 5 meter tersebut memang pantas dihargai dengan harga yang cukup tinggi.
Kayu dibiarkan terekspose dengan mengandalkan aksen dan corak alami dari kayu Rosewood membuat top table tersebut menjadi lebih eksklusif hingga terkesan unik dan sangat kental dengan nuansa etnik.
Irawan melanjutkan, kayu ekspose dalam top table ini sudah pasti menjadi karya orisinil alam dan tak mungkin disamai oleh produk lain.
Itulah kelebihan produk berbahan dasar kayu yang mengandalkan ekspose alami dari kayu.
Potongan lembaran kayu setebal 15 cm tersebut dipadukan dengan finishing Clear Gloss membuat kayu lebih mengilap dan seolah memiliki lapisan bening layaknya kaca.
Proses pembuatannya pun tak main-main, butuh waktu 6-12 bulan untuk membuat top table ini selesai hingga jadi.
"Proses paling lama itu di pengeringannya, karena kalau hanya pakai vacuum maupun alat itu akan merusak dari serat kayu sehingga perlu dikeringkan secara alami juga dan memakan waktu selama berbulan-bulan," jelas Irawan.
Meski belum banyak, namun pihaknya mengaku sudah ada pengunjung yang menawar dan tertarik membeli produk top table tersebut.
Menurutnya produk tersebut memang memiliki pasar yang sangat tersegment hanya didominasi oleh instansi, kolektor dan pecinta furniture kayu. (*)