Dalang Pembunuhan Sadis Terhadap Aktivis LSM di Madura Ternyata Perempuan. Ini Gara-garanya
Polda Jatim menangkap 4 orang yang diduga menjadi eksekutor dan perencana dalam pembunuhan terhadap Sahab (59), aktivis LSM
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Polisi dari Subdit IV/Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim menangkap 4 orang yang diduga menjadi eksekutor dan perencana dalam pembunuhan terhadap Sahab (59), aktivis LSM Institut Pendidikan Kriminal dan Korupsi Madura (IPK2M).
Empat orang itu masing-masing Nur Hidayati (56), Ansori alias Ulum (44), Eeng Effendi (31), dan Rudi Hartono (38).
Dari keempatnya, sosok yang diduga menjadi otak pembunuhan adalah Nur Hidayati, perempuan dari Kelurahan Dawuhan Mangli, Kecamatan Sukowono, Jember.
AKBP Bobby yang sebentar lagi menjabat Kapolres Bangkalan, menjelaskan motif pembunuhan terhadap aktivis LSM ini dilandasi kejengkelan.
Pasalnya, korban Sahab terus menagih hasil penggandaan uang yang sudah disetorkan. Jumlah uang milik pensiunan PNS itu dijanjikan digandakan oleh dukun Nur Hidayati mencapai Rp 152,5 juta.
"Katanya uang Rp 152,5 juta itu jika digandakan bisa menghasilkan Rp Rp 2 miliar. Dari janji Nur Hidayati, korban akhirnya terus menagih," ujar AKBP Bobby, Rabu (14/3).
Perkenalan tersangka Nur Hidayati dengan korban Sahab asal Jalan Agus Salim, Kelurahan Pamolokan, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep berlangsung lewat media sosial.
Dari perkenalan itu, tersangka Nur menawarkan penggandaan uang yang hasilnya mencapai miliaran rupiah.
Uang korban yang diserahkan itu berlangsung sejak Februari 2016 senilai Rp 15 juta; 17 Desember 2017 Rp 50 juta; awal Januari 2018 Rp 50 juta; pertengahan Januari 2018 Rp 25 juta dan 20 Januari 2018 Rp 12,5 juta.
"Setelah uang diserahkan korban hanya dijanjikan saja. Uang nggak pernah terealisasi," paparnya.
Dari kejengkelan yang ada, tersangka Nur Hidayati mengajak Ansori untuk menghabisi korban. Akhirnya Ansori diajak dan dijanjikan dibayar Rp 11,5 juta tapi masih dibayar Rp 1 juta.
Untuk memuluskan aksi pembunuhan ini, tersangka mengajak Ansori berangkat dari Jember menuju Pamekasan, 23 Januari 2018.
Tersangaka Nur dan eksekutor Ansori sampai di Pamekasan sekitar pukul 01.00 WIB untuk menemui Sahab dan diajak ke rumah Eeng Efendi.
"Itu hanya kamuflase saja. Tujuan utamanya agar tersangka Ansori tahu wajah Sahab supaya tidak salah sasaran," tegas AKBP Bobby Paludin.
Setelah dari rumah Eeng, korban diajak ke pemakaman umum Dusun Kaljen, Desa Dempo Timur, Kecamatan Pasean, Pamekasan untuk dibujuk melakukan ritual.
Begitu ritual berlangsung yang katanya untuk menarik uang gaib, kepala tersangka dihantam besi berbentuk L sebanyak dua kali.
Seketika itu, korban terjatuh dan langsung meninggal dunia di lokasi pemakaman umum. Ponsel korban dibawa pelaku dan dijual ke tersangka Rudi Hartono senilai Rp 500.000. Dari ponsel itu, akhirnya pembunuhan terungkap.
Pembunuhan pensiunan PNS di Sumenep saat ditemukan posisi tubuhnya duduk bersandar di tembok dengan kedua kaki selonjor.
Korban Sahab mengenakan jaket hitam, kaus abu-abu dan celana hitam yang sudah dipelorot dan ditaruh di atas pahanya.