Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Selama Menunggu Eksekusi Mati Zaini Tetap Menghasilkan Uang untuk Keluarganya

Jiwa pekerja keras pada diri Mochammad Zaini (47), TKI yang dieksekusi di Arab Saudi, memang sudah terlihat sejak dirinya masih menjadi sopir angkutan

Editor: Sugiyarto
zoom-in Selama Menunggu Eksekusi Mati Zaini Tetap Menghasilkan Uang untuk Keluarganya
surya/ahmad faisol
Almarhum Mochammad Zaini alias Slamet semasa hidupnya 

TRIBUNNES.COM, BANGKALAN - Jiwa pekerja keras pada diri Mochammad Zaini (47), TKI yang dieksekusi di Arab Saudi, memang sudah terlihat sejak dirinya masih menjadi sopir angkutan di Bangkalan.

Bahkan, meski dirinya berada dalam penjara Umumi Kota Makkah, Arab Saudi, Zaini masih mampu menghasilkan uang dengan cara menjadi tukang cukur rambut.

Uang tersebut ia berikan ke keluarganya untuk modal membuka toko

Kini, pria yang akrab disapa Slamet di kampung halamannya, Desa Kebun, Kamal, Bangkalan, itu telah berpulang.

Ia dieksekusi mati pada Minggu (18/3/2018) sekitar pukul 11.00 waktu Arab Saudi atas tuduhan pembunuhan terhadap majikannya, Abdullah bin Umar.

"Slamet pekerja keras. Ia memutuskan pergi ke Arab karena ingin lebih membahagiakan keluarganya," ungkap tetangganya, Munir (40) yang pernah bekerja bersama Zaini sebagai sopir angkutan.

Zaini meninggalkan kampung halamannya pada 1992 dan memilih sebagai sopir pribadi di negara Arab Saudi.

Berita Rekomendasi

Sembilan tahun kemudian, atau pada tahun 2001, ia kembali dan mendirikan kios kecil yang melekat di sisi kanan rumahnya.

Putra sulungnya, Syaiful Thoriq (26) mengungkapkan, ayahnya memutuskan berangkat kembali ke Arab Saudi karena membutuhkan modal usaha toko yang dibangunnya.

"Bapak memang ingin berhenti menjadi TKI dan ingin membuka usaha toko di rumah. Tapi terpaksa kembali berangkat karena butuh modal," ungkap Thoriq.

Namun, petaka menimpa Zaini pada 13 Juli 2004. Ia ditangkap polisi Arab Saudi dengan tuduhan membunuh majikannya, Abdullah bin Umar.

Kala itu, Thoriq masih berusia 12 tahun dan adiknya Mustofa berusia 2 tahun.

Surya berhasil berkomunikasi dengan Zaini melalui ponsel milik Thoriq pada Selasa (8/4/2014) silam.

Zaini membantah semua tuduhan atas meninggalnya Abdullah bin Umar.

"Ini yang membuat saya frustrasi. Saya tidak bersalah. Tapi saya tidak tahu bagaimana caranya menuntut keadilan," tutur Zaini melalui telepon kala itu.

Kendati berada di dalam penjara, Zaini tidak diam begitu saja. Ia menjadi tukang cukur rambut dadakan. Hasilnya, ia kirim ke keluarganya.

Thoriq menyatakan, ia bersama Mustofa diberangkatkan Kementrian Luar Negeri untuk menemui ayahnya pada Januari 2018. Kunjungan itu merupakan kesempatan ketiga bagi keduanya bertemu Zaini.

"Bapak memberikan uang Rp 18 juta untuk modal buka toko. Uang itu dari hasil menjadi tukang cukur rambut di dalam penjara," pungkasnya.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas