Mantan Menteri Pertanian Dukung Dipasena Masuk Proyek Strategis Nasional
KEIN dalam waktu dekat akan meminta Presiden Joko Widodo untuk mempertimbangkan kawasan Bumi Dipasena sebagai proyek strategis
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih mendukung rekomendasi Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) untuk membangkitkan kembali pertambakan udang Dipasena di Lampung dengan menempatkannya sebagai proyek strategis nasional (PSN).
Namun, ia mengingatkan bahwa pengelolaan pertambakan udang terbesar di dunia itu haruslah tetap secara murni bisnis yang modern, yang berkelanjutan dan tetap ditangani oleh swasta.
Seperti diberitakan, KEIN dalam waktu dekat akan meminta Presiden Joko Widodo untuk mempertimbangkan kawasan Bumi Dipasena sebagai proyek strategis nasional dan dengan menempatkannya di bawah presiden.
Ini dikemukakan oleh anggota KEIN M Najikh usai rapat revitalisasi tambak udang rakyat Bumi Dipasena di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin, (26/3) lalu. "Karena semua tahu sebenarnya tambak udang Vaname terbesar di dunia dulunya di Dipasena," ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Dahuri mengatakan Indonesia dengan garis pantai 95.185 km atau terpanjang kedua di dunia memiliki potensi lahan pesisir untuk tambak udang 3 juta Ha atau terluas di dunia.
Mantan menteri perikanan itu mengingatkan, Indonesia seharusnya menjadi produsen dan eksportir udang budidaya terbesar di dunia,
Bungaran mengatakan kalau pemerintah diharapkan terlibat dalam revitalisasi atau rehabilitasi pertambakan Dipasena, sebaiknya itu dalam investasi infrastruktur. Memang itu merupakan kewajiban pemerintah. Tapi pengelolalaanya haruslah tetap secara bisnis swasta. Kalau pun pemerintah ikut serta dalam pengelolaannya, itu diwakili oleh BUMN.
"Jadi joint-venture antara swasta dengan BUMN bidang Perikanan. Dan harus dengan tetap melibatkan langsung petambak rakyat setempat. Modelnya adalah seperti yang dahulu pernah dilaksanakan di saat kejayaan Dipasena," ujarnya, Jumat (13/4/2018).
Ia menyayangkan bahwa pertambakan Dipesena sekarang hanya menjadi pertambakan yang tradisional. Padahal pada masa kejayaannya (1985-1998) Dipasena pernah menghasilkan 2.000 ton udang per bulan dan mengekspor 20 ribu ton per tahun.
Dan pada 1995/1996 ekspornya pernah mencapai rekor 25 ribu ton, yang menjadikannya sebagai eksportir terbesar di dunia. Menghasilkan devisa 300 juta dolar AS per tahun.
Pertambakan udang Dipasena berada dalam kawasan terpadu seluas 98 ribu hektare di Lampung yang terapit antara sungai Mesuji dan sungai Tulang Bawang dengan pantai berhutan bakau sepanjang 75 Km.
Kawasan pertambakan Bumi Dipasena sendiri meliputi luas 24 ribu Ha di kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang.
Di dalamnya terdapat jaringan kanal sepanjang 1300 Km, pembangkit listrik 200 Mw, fasilitas pendukung seperti pabrik pakan, 180 kolam penelitian (R & D), hatchery benur, serta Kota Mandiri berpenduduk 100 ribu jiwa yakni keluarga dari 12. 000 lebih petambak dan 14.780 karyawan. Dilengkapi sekolah (sampai tingkat akademi) dan 14 poliklinik, dan rumah rumah ibadah.
Presiden Joko Widodo saat mengunjungi tambak udang di hutan bakau Muara Gembong, Bekasi 1 November 2017 menyatakan udang menjadi komoditi ekspor sangat besar. Katanya, kita sekarang nomor tiga. Kalau tambak tambak di Lampung, di pulau Jawa, serta di Kalimantan Utara berjalan, “Kita bisa menjadi nomor satu. Asalkan dijalankan dengan cara cara modern.”