Mengapa Warga Nekat Mengebor Minyak Secara Tradisional Tanpa Peralatan Pengamanan?
Berdasarkan penjelasan warga, pengeboran minyak itu dilakukan secara tradisional dan menggunakan alat-alat manual.
Editor: Dewi Agustina
Iskandar menyebutkan, dalam sumur yang dibor tersebut mempekerjakan sebanyak 10 orang.
Pekerja yang bertugas menarik minyak dan memasukkannya ke dalam drum diberi upah Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu per drum.
"Bayangkan saja pemuda di sini yang pengangguran dan mereka mendapatkan pekerjaan, efeknya peningkatan perekonomian di Peureulak jauh lebih drastis dibanding periode-periode lainnya," tambahnya.
Apabila ada perbaikan-perbaikan di kemudian hari, diharapkan pemerintah harus sigap dan tanggap untuk campur tangan dan mengorganisir kelompok-kelompok petani tambang rakyat ini.
Hal itu dilakukan agar tidak memunculkan efek seperti yang terjadi kemarin, Rabu (25/4/2018) di Kecamatan Ranto Peureulak yang hingga kini korban yang meninggal terus bertambah.
Akibat sumur minyak yang selama ini dikuasai warga secara tradisional meledak yang kemudian menyemburkan minyak bersama api setinggi pohon kelapa.
Baca: PN Tangerang Putuskan Bong Parnoto dan PT Rajawali Parama Konstruksi Tak Bersalah
"Masyarakat yang meninggal bukan saja dari Ranto Peureulak, tapi juga ada dari kecamatan lain. Artinya tidak hanya masyarakat Ranto Peureulak yang menggantungkan harapannya di sektor ekonomi riil pertambangan rakyat ini. Namun masyarakat dari kecamatan lain yang juga menggantungkan harapannya di sektor tersebut," kata Iskandar Usman Al Farlaky.
Kedalaman 240 Meter
Terpisah, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh, Akmal Husen yang didampingi staf geologi, Mukhlis mengatakan, lokasi kejadian ledakan sumur migas di Desa Pasir Putih itu merupakan wilayah kerja pengeboran migas PT Pertamina EP Aset I Field Rantau.
Berdasarkan hasil peninjauan, observasi, dan wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi kebakaran, jumlah pipa yang masuk ke dalam sumur gas yang menyemburkan api itu mencapai 40 batang pipa lebih, atau sekitar 240 meter kedalaman pengeborannya.
Lokasi sumur yang mengeluarkan api itu, menurut laporan masyarakat yang selamat dari ledakan sumur migas tersebut, adalah pengeboran yang paling dalam.
Sebelumnya, pada kedalaman pengeboran 80 meter sudah ke luar minyak mentah.
Menurut Akmal, pada pengeboran migas sedalam 200 meter akan menemukan cebakan gas atau tumpukan-tumpukan minyak mentah, berisi gas mudah terbakar, yang tidak ekonomis untuk dieksploitasi/produksi untuk sebuah bisnis migas skala menegah ke atas.
"Ini terbukti, masa semburan gas apinya, tidak lama. Belum sampai 48 jam, semburan api gasnya sudah padam, tanpa dilakukan pemadaman. Makanya Pertamina meninggalkan lokasi itu, untuk tidak dieksploitasi/produksi," kata dia.