Mitos Pesawat Jatuh yang Menyelimuti Masjid Wotgaleh Hingga Tak Dipindahkan dari Bandara Adisutjipto
Masjid Sulthoni Wotgaleh yang berada di Berbah tampak masih berdiri kokoh tepat di luar dari pagar Bandara Adisutjipto Yogyakarta.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Masjid Sulthoni Wotgaleh yang berada di Berbah tampak masih berdiri kokoh tepat di luar dari pagar Bandara Adisutjipto Yogyakarta.
Papan tulisan cagar budaya tampak terpampang di depan pagar bangunan yang sudah dibangun ratusan tahun yang lalu tersebut.
Dari arsitektur masjid akan dapat langsung menunjukan kepada pengunjung yang datang kesana, bahwa masjid tersebut sangat kental dengan corak mataram.
Sejatinya, masjid yang didirikan kurang lebih tahun 1600an tersebut pernah direncanakan untuk dipindahkan, karena rencana perluasan bandara yang dilakukan pada sekitar tahun 1950 yang lalu.
Namun karena satu dan lain hal, rencana pemindahan masjid tersebut urung dilakukan, sehingga saat ini keberadaanya justru tampak ganjil, karena bisa dibilang masjid tersebut berada di dalam teritori Bandara Adisutjipto.
"Dahulu di kanan dan kiri masjid ini masih ramai, namanya Desa Wotgaleh, tapi karena perluasan bandara beberapa puluh tahun lalu, sekarang tinggal menyisakan masjid Sulthoni ini," cerita Ketua Takmir Masjid Sulthoni Wotgaleh, Muhammad Tukijan.
Diceritakan Tukijan, dahulu, sebelum Masjid Sulthoni didirikan, di tempat tersebut sudah ada pemakaman dari Kanjeng Panembahan Puruboyo.
Kompleks makam tersebut sendiri, sampai saat ini masih ada tepat di sebelah barat dari Masjid Wotgaleh.
Kanjeng Panembahan Puruboyo merupakan putra dari Panembahan Senopati, tak ayal lokasi makamnya pun dianggap keramat oleh masyarakat.
Kala itu, banyak masyarakat yang berziarah ke makam Panembahan Puruboyo baik untuk sekedar berziarah maupun berharap meraup berkah.
Karena mengkhawatirkan jika masyarakat akhirnya menjadi lebih percaya dengan hal ghaib dan melenceng dari ajaran agama, akhirnya Masjid Wotgaleh kemudian didirikan tepat di sebelah area pemakaman Panembahan Puruboyo
"Tujuannya agar jangan sampai orang yang berziarah ke makam imannya jadi belok, supaya mereka yang berziarah akan ke masjid dulu untuk sholat, karena jaman dulu masih banyak kepercayaan yang memuji muji orang meninggal, sehingga malah dijadikan melebihi Allah," terang Tukijan.
Saat ini masjid Wotgaleh sudah menjadi cagar budaya, praktis bangunan tersebut kini harus dirawat dan dilestarikan keberadaanya.
Beberapa aktifitas keagamaan dan budaya masih terus dilakukan dalam rangka nguri-uri warisan nenek moyang berupa wujud bangunan ibadah tersebut.