Ibadah Salat Id di Gumuk Pasir Parangkusumo Jadi Pilihan Warga, Tenyata Begini Awal Mulanya
Unggahan di sosial media terkait keindahan menjalankan ibadah di Gumuk Pasir Parangkusumo menambah jumlah warga salat Id di tempat itu
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Gumuk Pasir Parangkusumo tetap menjadi salah satu tempat yang dituju bagi warga Parangtritis dan sekitarnya untuk melaksanakan salat Idul Fitri.
Tidak hanya itu, pemudi dan wisatawan khusus datang ingin merasakan sensasi beribadah di hampiran pasir bak Padang Arafah.
Humas Pengurus Ranting Muhammadiyah (PRM) Parangtritis Nur Joko dijumpai seusai Salat Idulfitri, Jumat (15/6) menceritakan, awalnya penduduk di pesisir Parangtritis beribadah secara berpindah saat hari raya besar umat Islama seperti di Lapangan Parangkusumo, Lapangan Kretek, dan Lapangan Depok.
Pada tahun 1992, masyarakat dikumpulkan ke Gumuk Pasir Parangkusumo untuk menunaikan ibadah Salat Idul Fitri maupun Salat Idul Adha.
Kemudian pada tahun 2003, Lurah Parangtritis saat itu, yakni Wasir Nuri secara menggagas kepengurusan hari raya besar umat Islam di bawah Ranting Muhammadiyah Parangtritis.
Ia kemudian mengelola secara serius agenda keagamaan terkhusus berkaitan dengan salat berjamaah yang dipusatkan di Gumuk Pasir Parangkusumo.
"Akhirnya jamaah yang berasal dari 11 padukuhan di Parangtritis ketika akan Salat Id ataupun Salat Idul Adha terus di Gumuk Pasir Parankusumo ini. Dipusatkan di sini untuk memparsatukan warga dan agar bisa mudah membuat saf," ujar Nur Joko.
Kini diakui Nur Joko, animo jamaah di Gumuk Pasir Parangkusumo tak hanya berasal dari warga sekitar saja, namun ada pula pemudik yang berasal dari luar Parangtritis, termasuk wisatawan.
Menurutnya hal ini lantaran berkembangnya sosial media yang banyak mengunggah keindahan menjalankan ibadah di Gumuk Pasir Parangkusumo.
"Banyak yang ingin merasakan suasana berbeda, hal itu juta terlihat dari peningkatan infaq yang terkumpul setiap tahunnya," ungkapnya.
Dari penghitungannya, jumlah jamaah putri saat Salat Id kali ini mencapai 2.639 orang, sedang putra sebanyak 2.530 orang.
Kemudian infaq yang terkumpul dari jamaah putri mencapai Rp 25,5 juta dan dari jamaah putra mencapai Rp 27,8 juta.
"Setiap tahun selalu ada peningkatan infaq yang masuk, dan kali ini mencapai Rp 53 juta, berarti menandakan bahwa yang datang ke sini juga banyak yang dari luar, terlebih libur kali ini juga termasuk panjang," bebernya.
Dari pantauan Tribun Jogja yang tahun kemarin juga meliput di lokasi tersebut, di tahun 2017 infaq yang terkumpul mencapai Rp 47 juta dengan jumlah jamaah yang tak jauh berbeda jumlahnya dari tahun ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.