Jepang dan Singapura Belum Punya Teknologi Bantu Mengevakuasi Korban di Kedalaman Lebih dari 100 M
Jepang dan Singapura belum memiliki teknologi untuk mengevakuasi dan mengangkat kapal dari kedalaman lebih dari 100 meter
Penulis: Gita Irawan
Editor: Dewi Agustina
Selain di perairan, pihaknya telah berupaya juga melakukan penyisiran daratan di tepi danau.
Dari pencarian tersebut Basarnas dan tim gabungan telah menemukan 21 korban selamat, tiga orang meninggal dunia hingga Selasa (26/6/2018).
Sementara itu 164 orang lainnya belum ditemukan.
Dalam pencariannya, tim juga menemukan barang-barang yang diduga milik korban seperti jaket, sepatu, pelampung, bahkan juga menemukan drum besar.
"Beberapa hari lalu. Itu ada pelampung, jaket, ada helm. Sepatu, drum besar," kata Syaugi.
Selain kapal, pukat harimau dan tiga helikopter, Basarnas dan tim gabungan juga telah menggunakan peralatan canggih dalam pencarian, seperti Multi Beam Echo Sounder yang digunakan untuk memetakan kondisi di dasar Danau Toba.
Basarnas juga mengerahkan Remotely Operated Vehicle (ROV) atau robot bawah air untuk memastikan indikasi bangkai kapal dengan cara menangkap visual objek yang ditemukan secara langsung.
Baca: Kronologis Kecelakaan Speedboat di Perairan Perbatasan RI-Tawau yang Tewaskan 5 Penumpang
Robot yang dapat menyelam hingga 1.000 meter dibawah permukaan ait tersebut diterjunkan ke posisi KM Sinar Bangun berada pada koordinat 2,47 derajat lintang utara dan 98,6 derajat bujur timur.
Dari gambar yang berhasil direkam oleh robot ROV, ditemukan sejumlah jenazah yang diduga jenazah korban dan objek kapal yang diduga KM Sinar Bangun.
"Kita udah bersyukur udah bisa ketemu, bisa lihat barangnya, walaupun belum tentu bisa lihat barangnya," kata Syaugi.
Hingga kini, ia masih menunggu kemungkinan-kemungkinan lain selama tiga hari ke depan sebelum memberikan keputusan lebih lanjut terkait operasi tersebut.
Ia berharap ada pihak-pihak yang dapat memberikan bantuan berupa teknologi atau masukan-masukan untuk mengangkat jenazah dan KM Sinar Bangun.
"Siapa tahu nanti kan ada institusi atau perorangan. Kan kita sebenarnya banyak itu mahasiswa-mahasiswa kita yang menang oliampiade fisika, menang robot. Siapa tahu mereka itu ada yang tahu, melihat ini dan terketuk hatinya untuk bisa membantu kita dengan robot," harap Syaugi.