Tanpa IPAL, Satgas Citarum Tutup 2 Saluran Pembuangan Limbah Pabrik di Sumedang
Perburuan pabrik-pabrik nakal pembuang limbah cair tanpa proses IPAL yang benar kembali dilanjutkan oleh Satuan Tugas (Satgas) Sektor 21 Citarum Harum
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ragil Wisnu Saputra
TRIBUNNEWS.COM, SUMEDANG- Perburuan pabrik-pabrik nakal pembuang limbah cair tanpa proses IPAL yang benar kembali dilanjutkan oleh Satuan Tugas (Satgas) Sektor 21 Citarum Harum.
Pada Rabu (11/7/2018), satgas bersama relawan Citarum Harum memburu pabrik nakal di wilayah Kabupaten Sumedang.
Di wilayah penghasil ubi cilembu dan tahu ini, satgas menemukan tiga pabrik nakal itu. Saluran pembuangan limbah cair milik tiga pabrik itu kemudian ditutup dengan coran semen.
Sebelum menutup ketiga pabrik itu, anggota satgas melakukan patroli untuk mendapatkan bukti di lapangan.
Bukti video dan foto pabrik yang tengah membuang limbah cair kotornya itu dijadikan acuan satgas untuk melakukan penutupan tanpa membuka kesempatan pabrik untuk berunding dengan satgas.
Ketiga pabrik yang ditindak oleh satgas yakni PT Koriester Indonesia, dan PT Central Sandang Prima, dan PT Kewalram.
Ketiga pabrik itu berada di Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.
"Ketiga pabrik nakal ini menambah daftar pabrik yang kami tutup. Maka, jumlah total pabrik yang telah kami tutup mencapai 25 pabrik," kata Komandan Sektor 21, Kolonel Yusep Sudrajat, setelah penutupan saluran limbah cair.
Yusep Sudrajat mengatakan, dalam penindakan kali ini, pihaknya menemukan dua saluran limbah siluman milik PT Koriester Indonesia.
Setelah dikonfirmasi, kata dia, pihak PT Koriester Indonesia bahkan tak memiliki pengolahan IPAL. PT Koriester Indonesia, ujar Yusef, memang baru beroperasi sejak setahun yang lalu.
Untuk pengolahan IPALnya, PT Koriester Indonesia bergabung dengan Pt Central Sandang Prima. Kendati demikian, hasil pengolahan limbah melalui IPAL komunal itu masih kotor.
"Baik dua saluran siluman milik PT Koriester dan saluran pembuangan limbah milik PT Central Sandang Prima tetap kami tutup," ujarnya. (*)