Membangkitkan Batik Tulis Petarukan yang Hampir Punah
Bagi para pecinta fashion khususnya batik di Kabupaten Pemalang kini sudah mudah lagi mencari koleksi batik tulis khas Petarukan
Penulis: Hendra Gunawan
Sekarang paling tidak dari 10 orang perajin sudah bisa menghasilkan 20 lembar batik tulis khas Petarukan dengan kualitas cukup baik.
Menurutnya, batik Petarukan hampir sama dengan batik Pemalang pada umumnya dengan ciri khas motif yang agak kasar, hanya ada sedikit perbedaan di kreasi motifnya saja.
"Berbeda dengan batik pesisir pada umumnya, seperti batik Pekalongan yang indentik dengan batik full color, tapi batik Pemalang warnanya lebih ke hitam putih dan sogan tanpa ada coletan warna warni," jelasnya.
Dengan bahan kain katun, satu lembar batik klasik dihargai Rp 500 ribu, sedangkan batik klowongan kontemporer Rp 250 ribu.
"Kalau batik tulis kan mbatiknya depan dan belakang sehingga butuh waktu, satu lembar saja butuh waktu dua minggu," jelasnya.
Mengingat para perajinnya sudah banyak yang menginjak usia senja, Herlin mengincar sejumlah sekolah untuk diajak bekerjasama dan mencari generasi muda yang benar-benar berminat membatik untuk ikut pelatihan di workshopnya.
Dengan kembali hidupnya perajin batik Petarukan ini, Herlin berharap ikut melestarikan batik klasik Pemalang khususnya dari Keboijo Petarukan yang nyaris punah.
"Harapan saya suatu saat Keboijo akan menjadi daerah wisata khusus batik Pemalang," ujarnya wanita kelahiran 7 Desember 1971 ini.
Mahadevi Batik Indonesia yang merupakan brand yang sudah dikenal dunia fesien etnik Indonesia, salah satu workshopnya ada di ITC Ambasador Kuningan pun terus mempromosikan batik lokal ini.
Upaya lain untuk melestarikan batik Petarukan yang dilakukan setiap tahunnya selalu dipamerkan di ajang fesyen nasional, Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF).