Lahan Kebun Mangga di Kendal ini Kini Berubah Jadi Lahan Tambak
anah di desa itu sering digenangi oleh air laut membuat tanah itu tak sesubur pada sedia kala
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Dhian Adi Putranto
TRIBUNNEWS.COM, KENDAL - Abrasi laut yang semakin tahun semakin membesar mengubah kehidupan warga Desa Kartikajaya, Patebon Kendal.
Desa yang awalnya menjadi sentra penghasil buah mangga di Kabupaten Kendal, saat ini makin banyak dipenuhi hamparan tambak.
Tanah di desa itu sering digenangi oleh air laut membuat tanah itu tak sesubur pada sedia kala.
Hanya pohon bakau dan pohon pantai yang dapat bertahan di tanah dengan kadar garam yang tinggi itu.
Kades Kartikajaya, Budi Hartono menjelaskan Desa Kartikajaya mencapai puncaknya sebagai sentra buah mangga yakni pada tahun 2000 hingga tahun 2008.
Namun lambat laun produksi mangga menjadi turun karena diterjang air laut yang semakin sering dan akhirnya membuat tanaman menjadi mati.
Baca: Sempat Dikira Suara Truk, Seorang Pria Tewas Jatuh dari Lantai Satu Mangga Dua Square
"Abrasi menjadi puncaknya tahun 2014, daratan menjadi semakin rendah dan air laut pasang makin tinggi sehingga tanaman yang bisa bertahan hanya Cemara pantai dan bakau saja," jelasnya, Kamis (9/8)
Meski saat ini masih banyak pohon mangga yang masih berdiri tegak namun hal itu tidak dapat membuat desanya menjadi sentra mangga lagi.
"Saat ini, air laut yang naik kepemukiman bukan lah menjadi hal baru bagi warga kami, Kami sampai kewalahan menangani air laut itu, mulai dari upaya penanaman bakau hingga membangunan talut untuk menghalau air telah kami lakukan," jelasnya
Tak hanya pada bidang Pertanian saja, air pasang yang tinggi dan abrasi yang besar juga berdampak pada bidang pendidikan. Seperti yang terjadi pada di SDN 3 Bleder. SDN 3 Bleder merupakan sekolah yang paling dekat dengan tepi laut di desa itu. Sehingga sering lapangan di sekolah itu digenang air laut.
Kepala SDN 3 Bleder, Tumonjo menuturkan dahulunya di area sekitar sekolah dikelilingi oleh hamparan tumbuhan hijau. Namun saat ini disekitar sekolahnya dikelilingi oleh daratan tandus serta tambak udang dan ikan.
Apabila air laut naik maka halaman sekolahnya sering tergenang air laut. Menurutnya apabila air laut sering menggenai bangunan maka akan mudah merusak dinding dan perabotan lainnya. Sedangkan untuk perbaikan saja pihaknya mengalami keterbatasan.
"Kami sampai membuat kolam penampungan air sendiri agar air laut tidak langsung menggenangi ruang kelas maupun lapangan," jelasnya. (*)