Ini Kata BKSDA Tentang Temuan Mayat Tidak Berkepala yang Diduga Diterkam Buaya
Dari foto-foto korban, jelas Niko, kuat dugaan bahwa korban tidak diserang oleh buaya
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti
TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTT belum memastikan apakah benar seorang warga yang meninggal dalam kondisi tak berkepala di Pantai Pankase akibat terkaman buaya.
"Kita belum bisa memastikan apakah korban yang meninggal itu disebabkan oleh serangan buaya atau bukan," kata Hans Niko Sinaga, Plh Kepala BKSDA saat ditemui POS-KUPANG.COM, di ruang kerjanya, Rabu (15/8/2018).
Ia menjelaskan, pihaknya masih menunggu hasil visum dari pihak kepolisian.
"Dalam proses itu, kami tidak dilibatkan, yah kami tunggu hasilnya seperti apa," ungkapnya.
Dari foto-foto korban, jelas Niko, kuat dugaan bahwa korban tidak diserang oleh buaya.
"Kalau korban diserang buaya maka pada bagian tubuh yang tersisa ada bekas cabikan oleh gigi buaya," katanya.
Baca: Buaya 5 Meter Kelaparan Masuk ke Kampung Warga
Menurutnya, buaya ketika sudah menggigit mangsanya, buaya menggerakkan kepala berulang-ulang yang membuat tubuh mangsa tidak hanya terpisah tapi tercabik-cabik.
Ia menambahkan, buaya memang tersebar hampir di seluruh wilayah perairan NTT.
Untuk itu ia mengimbau agar masyarakat lebih waspada.
Buaya, kata dia, predator yang sulit ditebak keberadaannya.
Namun beberapa hal yang perlu diketahui untuk berjaga-jaga, antara lain buaya akan muncul pada jam tertentu yakni pada pagi dan sore menjelang malam dan malam hari.
Pagi hari, buaya akan keluar dari sarangnya untuk berjemur menghangatkan tubuhnya.
Siang hari ia kembali bersembunyi di sarang atau berenang untuk menghindari panas.
Ia mengatakan, warga yang mengambil air, beraktivitas di sungai atau muara, harap tidak pergi sendirian.
Sebab, jelasnya, buaya biasanya menyerang saat mangsanya sendirian. Kecil kemungkinan buaya menyerang saat ada beberapa orang.