Putu Mia Dewi Sayup-sayup Mendengar Suara Gamelan dan Bertemu Wanita Cantik Berkebaya Hijau
Siswi yang sempat kerauhan selalu mendengar gamelan dan nyayian Ratu Segara Nyi Roro Kidul seperti saat pementasan tarian kolosal ini
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Bali I Made Prasetia Aryawan
TRIBUNNEWS.COM, TABANAN - Pementasan tari Rejang Sandat Ratu Segara yang diikuti 1.600 penari di Tanah Lot, Sabtu (18/8) sore berbuntut panjang setelah ratusan penari mengalami kerauhan (kerasukan) usai pementasan tari.
Dua hari setelah pementasan sejumlah penari lainnya kembali mengalami kerauhan di sekolahnya hingga Selasa (21/8/2018).
Siswi kelas IX SMPN 3 Selemadeg Timur, Putu Mia Dewi Sri Astiti (14), yang sempat kerauhan pada Senin (20/8/2018) menceritakan peristiwa kerauhan yang dialaminya di sekolah.
Sebelum dirinya kerauhan, Mia mengaku sempat melihat sosok wanita yang begitu cantik (ratu) mengenakan pakaian serba hijau sedang menari di depan kelasnya, dan sempat mengajaknya untuk ikut menari.
Namun, Mia tetap bertahan dan tidak mengikuti ajakan wanita cantik tersebut hingga tak sadarkan diri.
“Awalnya saya merasa pusing terus rasanya pengen nangis kemudian langsung tidak ingat,” ucapnya saat ditemui Tribun Bali di Banjar Tengah Desa Dalang, Selemadeg Timur, Selasa (21/8/2018).
“Kemarin (saat kerauhan) yang saya lihat wanita yang sangat cantik di sekolah menggunakan pakaian seperti Ibu Bupati saat itu (mengenakan kebaya warna hijau), di depan kelas itu sekitar jam 11.00 Wita pas istirahat kedua di sekolah,” tuturnya.
Baca: Fuso Kembali Kampanye Hashtag di Media Sosial untuk Beasiswa untuk Anak Sopir Truk
Mia melanjutkan, ketika malam tiba ia kerap mengingat sosok wanita cantik tersebut sebelum tidurnya dan sayup-sayup suara gamelan juga kerap ia dengar sehingga membuatnya trauma.
“Pas mau tidur biasanya saya melihat wanita cantik lagi, bunyi gamelan juga dengar dikit-dikit,” ucapnya sembari mengingat-ingat peristiwa kerauhan yang dialaminya.
Ayah Mia, I Made Suweji (44), mengaku sangat panik ketika melihat buah hatinya mengalami trance.
Saat kerauhan, sejumlah teman, guru dan kerabatnya pun mencoba untuk menenangkan Mia namun tak berhasil.
Kekuatan Mia saat kerauhan melebih kekuatan beberapa orang dewasa.
“Pas liat anak saya kerauhan, saya sangat panik, wajar kami panik namanya orangtua. Saat kerauhan matanya terpejam tapi tangannya tetap menari,” ucap Suweji sembari menuturkan bahwa sempat khawatir saat sebelum pementasan sebab tarian ini disebut sakral.