Pemberian Obat Antibiotik Bikin Kejang Puluhan Santri Pondok Pesantren Ar Rohman, Bandung
Kepala Ponpes Ar Rohman, H Deni Ganjar mengatakan pemberian antibiotik dilakukan petugas Puskesmas setelah 2 santrinya dinyatakan positif kena difteri
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribun Jabar Mumu Muhahidin
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - puluhan santri Pondok Pesantren Ar Rohman, Desa Mekarwangi, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, mengalami mual, pusing, dan kejang-kejang setelah diberi obat antibiotik untuk memutus penyebaran difteri. Seorang di antaranya bahkan nyaris tak tertolong.
Untunglah pihak ponpes bergerak cepat membawanya ke RSUD Majalaya.
Kepala Ponpes Ar Rohman, H Deni Ganjar, mengatakan, pemberian antibiotik dilakukan petugas puskesmas setelah dua santrinya dinyatakan positif terkena difteri, awal Agustus lalu.
Semua yang diberi antibiotik itu adalah teman sekobong dua santri yang terkena difteri.
"Mereka semua kurang lebih 40 orang itu dikasih obat pencegahan. Dikasih pil, katanya untuk 10 hari. Enggak diperiksa dulu atau dicek dulu anaknya, langsung disuruh minum obat," ujar Deni.
"Alhasil anak makan obat pagi, sore-siang langsung sesak napas, panas, kejang-kejang, dan mual," lanjut Deni di kediamannya, awal pekan ini.
Baca: Satgas Citarum Tangkap Dua Pelaku Pembuang Sampah ke Sungai Cibeureum
Karena khawatir, kata Deni, ia sempat menanyakan hal itu langsung kepada kepala puskesmas.
"Saat itu, katanya, mungkin itu efek samping obat. Saya diminta untuk meminumkan teh manis kepada mereka. Tapi, bukannya sembuh, malah makin parah," ujarnya.
Sekitar pukul lima sore, kata Deni, seorang santrinya bahkan kritis dan nyaris meninggal dunia.
"Akhirnya, pukul setengah tujuh malam saya putuskan untuk melarikan anak-anak itu semua ke rumah sakit. Itu inisiatif saya, bukan inisiatif puskesmas. Kalau saya nurut sama puskesmas, mungkin mati sudah anak-anak," katanya.