Amankan Tradisi Sambut Malam Satu Sura Lampah Mubeng Beteng, Polisi Terjunkan 200 Anggota
Sebanyak 200 personil diterjunkan untuk mengamankan Lampah Budaya Mubeng Beteng.
Editor: Sugiyarto
Laporan Calon Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA- Sebanyak 200 personil diterjunkan untuk mengamankan Lampah Budaya Mubeng Beteng.
Lampah Budaya Mubeng Beteng merupakan tradisi diam membisu berjalan mengelilingi benteng untuk memperingati tahun baru Jawa 1 Sura.
Kasatlantas Polresta Yogyakarta Kompol Dwi Prasetyo mengatakan personel yang diterjunkan dari Polsek, Shabara, Intelkam, dan Satlantas Polresta Yogyakarta.
Sementara pelaksanaan Lampah Budaya akan dilaksanakan pada Selasa (11/9/2018) dini hari.
"Ada 200 personil besok yang dilibatkan, baik dari Sabhara, Lantas, Intelkam, dan Polsek, khususnya Polsek yang dilintasi Lampah Budaya Mubeng Beteng."
"Acara nanti akan diawali dengan pembacaan tembang macapat dan doa," kata Kompol Dwi pada Tribunjogja.com, Senin (10/9/2018).
Terkait dengan Lampah Budaya, ia mengungkapkan tidak ada rekayasa lalu lintas yang dilaksanakan.
Menurutnya, Lampah Budaya dilaksanakan pada malam hari, sehingga tidak banyak kendaraan yang melintas.
Yang menjadi rute Lampah Budaya adalah dari pelataran Keraton menuju ke Jalan Kauman, Simpang Empat Gerjen, Jalan Agus Salim, Ngabean, Tamansari, Joteng Kulon Lor, Joteng Kidul Kulon, Joteng Kidul Wetan, Gondomanan, dan kembali menuju Keraton.
Kasatlantas Polresta Yogyakarta menambahkan rekayasa lalu lintas akan dilaksanakan jika terjadi peningkatan volume kendaraan menuju Malioboro.
Rekayasa yang dilakukan adalah mengarahkan pengendara di Kleringan bawah mengitari Stadion Kridosono.
"Rekayasa kalau ada peningkatan volume kendaraan, kaitannya dengan libur panjang ya. Sebenarnya sejak Jumat kemarin sudah terjadi peningkatan."
"Tetapi untuk rekayasa ini dilakukan jika terjadi penumpukan saja di Kleringan bawah," tambahnya.
Oleh sebab itu ia mengimbau masyarakat asal Yogyakarta yang hendak menuju Malioboro untuk memilih jalur alternatif.
Hal itu dilakukan supaya tidak terjadi penumpukan di pusat kota. (*)