LBH Desak Kompolnas Selidiki Kasus Polisi Tembak Mati Pelaku Begal di Makassar
Aktivis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar mendesak Kompolnas, untuk menyelidiki kasus polisi tembak mati begal.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Timur, Darul Amri Lobubun
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Aktivis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar mendesak Kompolnas, untuk menyelidiki kasus polisi tembak mati begal.
Desakan tersebut dilakukan aktivis LBH, karena baru-baru ini begal di Makassar, Kemal alias Kapten (25) tewas ditembak tim Satreskrim Polrestabes Makassar.
Direktur LBH Makassar Haswandy Andi Mas mengungkapkan, seharusnya tim Kompolnas sebagai komisi yang harus mengontrol dan mengawasi kepolisian.
"Bisa turun langsung ke Kota Makassar, untuk lakukan penyelidikan atas adanya unprosedural," kata Haswandy kepada Tribun Timur, Sabtu (22/9/2018).
Baca: Warga Penasaran Lihat Pelaku Begal Sadis yang Ditembak Mati Polisi
Menurut LBH, Kompolnas perlu menyelidiki kasus pembegal yang ditembak mati itu karena dianggap menyalahi aturan dan melanggar prinsip HAM.
Upaya kepolisian untuk bertindak tegas ke terduga kriminal dan bahkan mengancam keamanan orang lain, menurut Haswandy memang patut untuk diapresiasi.
"Tapi lagi-lagi tindak tegas yang mereka (polisi) maksud itu seperti bagaimana. Karena itu tidak bisa dengan melanggar prodesur dan HAM," ujar Haswandy.
Maka dari itu, aktivis LBH mendesak agar tim Kompolnas dan Komnas Hak Asasi Manusia (HAM) agar turun tangan menyelidiki begal yang ditembak mati.
"Iya, kami pikir bahwa tindakan-tindakan kepolisian tetap diawasi dan dikontrol maka penting untuk mendesak Komnas HAM dan Kompolnas," jelas Haswandy.
Baca: Cerita di Balik Angka 01 dan 02, Usulan Megawati yang Membuat Suasana Menjadi Cair
Seperti diketahui, residivis begal sadis, Kemal alias Kapten (25) seketika tewas setelah dua timah panas polisi Jatanras Polrestabes menerjang dada kiri pelaku.
Pembegal asal Jl Sukaria Makassar itu tewas ditembak anggota dari Satreskrim unit Jatanras Polrestabes Makassar, di Jl Nikel Raya, Jumat (21/9/2018) subuh.
Kapten ditembak tim Jatanras tepat di belakang Taman Pakui, samping kantor Dinas Pekerjaan Umum (PU) Sulsel usai menyabet seorang polisi menggunakan pisau.