Operasi Fraktur Pertama Pasca Gempa di RS Undata Palu
Banyak pasien butuh segera operasi bila tidak akan menyebabkan sepsis dan syok hipovolemik dan berujung kematian
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, PALU - Tim gabungan dari Public Savety Center (PSC) 119 RS Wahidin dan Sulawesi Selatan, IDI Makassar, dan UNHAS serta Persatuan Bedah Orthopedi Indonesia (PABOI) telah melakukan operasi fraktur di RS Undata Palu.
Dr. Sakti, koordinator PABOI menyebutkan bahwa tim gabungan telah tiba Sabtu, 1 hari setelah gempa.
“Kami langsung survei pasien-pasien yang butuh segera tindakan operasi dan kamar operasi yang bisa dipakai. Kondisi kamar operasi memprihatinkan terutama karena masalah listrik, dan bahan bakar, jadi kami mencoba mengaktifkan kamar operasi dengan menggunakan genset seadaanya,” kata dr Sakti melaluii rilis dari Kementerian Kesehatan RI, Selasa (2/10/2018).
Sakti menegaskan bahwa pasien-pasien butuh segera operasi, bila tidak akan menyebabkan sepsis dan syok hipovolemik dan berujung kematian pasien.
“Hari pertama (30 September-red) kami berhasil mengoperasi pasien dengan alat seadanya dan monitor anastesi,” tambahnya.
Umumnya pasien adalah pasien dengan fracture terbuka, dislokasi, yang membutuhkan debridemant, amputasi dan external fixasi. Selain itu, ada pula pasien yang akan melahirkan dengan operasi sectio.
Hingga siang tadi, tim medis gabungan sudah mengoperasi lagi 20 pasien. Adapun untuk pasien yang dirawat, banyak yang mengalami dehidrasi karena kepanasan.
“Beberapa pasien dirawat pula di bawah pohon,” tambah Sakti.
Sementara itu, Kemenkes telah menyiagakan 2 ton makanan tambahan, terdiri dari 1 ton makanan tambahan untuk Balita dan 1 ton untuk ibu hamil.
Logistik sudah siap didorong ke Palu. Saat ini logistis ada di Makkasar dan siap diangkut.