Rencana Gus Maiz Menikahi Kekasihnya Bulan Desember Tak Kesampaian
Jenazah Brigadir I Gusti Kade Sukamiarta alias Gus Maiz (32), dipastikan dikubur massal di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10/2018) sore.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, NEGARA - Jenazah Brigadir I Gusti Kade Sukamiarta alias Gus Maiz (32), dipastikan dikubur massal di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10/2018) sore.
Jenazah korban gempa dan tsunami Palu itu dinyatakan dalam kondisi yang sudah membusuk sehingga tidak dapat dipulangkan ke Bali.
Kepastian jenazah Gus Maiz dikubur massal di Palu disampaikan sang ayah, I Gusti Kade Sukadana (57).
Sukadana pun mengaku hanya bisa pasrah dan berusaha ikhlas dengan kenyataan ini.
"Kami tentunya berharap jenazah bisa dipulangkan. Tapi karena kondisinya seperti itu, kami keluarga pasrah dan ikhlas saja," ucap Sukadana saat ditemui di Mapolres Jembrana, Senin (1/10/2018).
Pagi kemarin, Sukadana dan saudaranya berkunjung ke Mapolres Jembrana. Ia ditemui oleh Wakapolres Jembrana, Kompol I Komang Budiartha.
Dalam pertemuan itu, ia mendapat kabar jenazah anaknya tidak bisa dipulangkan.
Itu juga sebagai perlindungan terhadap korban selamat, supaya tidak menimbulkan penyakit bagi warga yang selamat.
Meski dikubur massal, Sukadana meminta (tanpa mengurangi rasa hormat) supaya anaknya dikuburkan secara Hindu.
Sebelum nantinya, pihak keluarga melakukan prosesi pengabenan warga Mendoyo Dangin, Banjar Tengah, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, itu.
Baca: Ayahanda Ikhlas Jenazah Gus Maiz Dikuburkan Massal di Palu, Tak Jadi Dipulangkan ke Bali
"Ya saya cuma minta anak saya dikubur massal dengan cara agama Hindu. Ini bukan bermaksud bagaimana. Tapi saya mohon," harapnya sembari kembali menitikan air mata.
Sementara itu, Wakapolres Komang Budiartha menuturkan, banyak kendala dan hambatan dalam pemulangan jenazah sehingga dikubur massal. Maka hanya dilakukan BAP terhadap jenazah.
Kendala pengiriman itu dikarenakan memang jenazah sudah busuk. Dalam UU karantina, ketika kondisi busuk, maka dilarang pengiriman.
"Melihat kondisi jenazah sudah busuk harus segera dikuburkan. Situasi di sana tidak memungkinkan untuk pemulangan jenazah," ungkapnya.
18 Jenazah
Informasi yang dihimpun Tribun Bali dari Palu, kemarin, ada 18 jenazah korban gempa dan tsunami di Palu dimakamkan secara massal di tempat pemakaman umum Poboya Indah, Palu.
Ke-18 jasad korban tersebut berasal dari RS Bhayangkara Palu.
Saat jasad korban tiba di lokasi, bau menyengat tercium cukup tajam.
Personel TNI, awak media, hingga masyarakat di lokasi pun terpaksa menggunakan masker untuk mengurangi bau tersebut.
Di lokasi pemakaman, telah digali liang besar berukuran 10x100 meter untuk pemakaman massal korban gempa dan tsunami.
Kepala Penerangan Daerah Militer XIII/Merdeka Kolonel Inf Muhammad Thohir mengatakan korban yang dikuburkan secara massal tersebut merupakan korban yang tidak diketahui identitasnya dan tidak diambil oleh keluarga.
Baca: Brigadir Ap Meninggal dalam Perjalanan ke RS Usai Menembakkan Senapan ke Kepalanya
"Yang sudah diidentifikasi polisi tapi tidak diketahui (identitasnya) dikumpulkan dan dimakamkan secara massal," kata Thohir di lokasi.
Gus Maiz menjadi anggota Satuan Lalu Lintas Polres Palu sejak 2005 setelah lulus dari SPN Singaraja.
Ia pun rencananya akan menikahi kekasihnya di Palu menjelang Galungan, Desember mendatang.
Saat gempa mengguncang dan diikuti tsunami di Palu, Jumat (28/9/2018) sore, korban dikabarkan tengah bertugas untuk pengamanan (PAM) di Festival Palu Nomoni.
Jenazah korban kemudian disemayamkan di RS Bhayangkara, Palu. Ada informasi harus keluarga yang bertandatangan untuk pemulangan jenazah.
Namun tak ada pihak keluarga korban di Palu sehingga akhirnya dikubur massal.
Ngaben 4 Oktober
Setelah mendapat kepastian jenazah Guz Mais dikubur massal, pihak keluarga langsung melakukan prosesi upacara ngulapin di Pantai Yeh Kuning, Jembrana, kemarin sore.
Ngulapin digelar setelah keluarga mendapat petunjuk dari Griya Kawi Sunia, Mendoyo Dauh Tukad, Mendoyo Jembrana.
Setelah ngulapin, anggota keluarga mesugaan (nunas baos) di daerah Yeh Buah Desa Penjaringan, Mendoyo.
Selanjutnya, keluarga berencana akan menggelar prosesi pengabenan pada Kamis (4/10/2018) nanti.
"Kami pastikan untuk prosesi pelebonan nanti tanggal 4 Oktober," ucap Sukadana, saat ditemui di rumahnya usai menggelar prosesi ngulapin.
Prosesi pengabenan dilakukan seperti pada umumnya. Bedanya, nanti akan dibuatkan simbolisasi sebagai pengganti jenazah.
Biasanya benda berwujud manusia dari alang-alang dengan topeng kayu cendana.
"Mungkin nyiramin bisa tanggal 3 (Oktober). Dan tanggal 4 (Oktober) langsung pembakaran jenazah. Atau nyiramin dan pembakaran digabung di tanggal 4 (Oktober). Nanti juga menunggu petunjuk Griya, jenazah akan diganti oleh benda apa," ungkap Sukadana.
Artikel ini telah tayang di Tribun-bali.com dengan judul Iklas Jenazah Anaknya Dikubur Massal di Palu, Begini Permintaan Terakhir Ayah Gus Maiz