Pieter Bingung Mencari Tempat Tinggal Baru Setelah Anak-anaknya Tak Ingin Kembali ke Rumah di Petobo
Saat kejadian gempa dan mulai bergeraknya tanah dari perut bumi yang mendorong pemukiman di Perumahan Petobo, dia hanya bisa memeluk kedua anaknya.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Dewi Agustina
Harapannya agar mendapatkan akses bantuan lebih dekat. Namun, hal itu tidak terjadi.
Satu pekan sudah ia bersama enam kepala keluarga lainnya tidak mendapat bantuan dari relawan atau pemerintah setempat.
Bahan makanan yang sisa dari rumah, menjadi pilihan satu-satunya untuk menyambung hidup.
"Saya berharap supaya listrik dan air sudah bisa nyala. Jadi, kita bisa kembali ke rumah. Saya akan bawa anak-anak ke rumah saudara dulu. Kasihan juga kalau masih lihat seperti ini," ucapnya.
Bergeser 100 Meter
Pieter membenarkan video citra satelit yang viral saat ini mengenai perumahan Petobo. Hal itu benar terjadi.
Bahkan, kejadian ketika itu persis seperti orang yang sedang mengayak beras.
Tanah keluar ke atas dan menggeser rumah hingga 100 meter.
Ombak tanah bahkan mencapai 20 meter dan mampu meluluhlantakkan perumahan dengan radius dua kilometer.
"Seperti orang sedang mengayak beras itu. Orang mau sekuat apapun pasti jatuh. Banyak yang berlarian, tapi, jatuh dan tertimbun," tuturnya.
Beruntung, dirinya memiliki rumah yang berjarak 40 meter dari lokasi terdampak. Sehingga ia dan keluarga dapat menyelamatkan diri.
Safety Officer Tim SAR Gabungan Petobo, Chandra Kresna menjelaskan sudah 119 jenazah yang sudah terevakuasi dan masih akan terus bertambah.
Baca: Jumlah Peserta Rapat IMF-WB di Nusa Dua Mencapai 34.000 Orang
Pasalnya, perumahan tersebut termasuk wilayah padat penduduk.
"Masih. Masih akan terus bertambah. Setiap hari, jenazah yang terangkat bertambah. Hari kemarin mencapai 34 jenazah," urainya.
Bau menyengat juga sudah begitu terasa hingga radius 50 meter dari pintu utama perumahan.