Mengintip Kehidupan PSK Waria di Bali, Melani Pernah Berpenghasilan hingga Rp 15 Juta Per Bulan
Sejumlah waria memang tiap hari mangkal di kawasan Bung Tomo dari malam hingga dini hari.
Editor: Dewi Agustina
"Sekarang sepi," ujarnya.
Tarif Kencan
Bergeser ke Jalan Kusuma Bangsa, yang masih berada di daerah Ubung, sejumlah waria juga tampak sedang mangkal menunggu pria hidung belang.
Mereka “kupu-kupu malam” yang ke luar setiap malam.
Seorang waria, SN, mengaku sudah mangkal di Jalan Kusuma Bangsa sejak tahun 2001 silam.
Dia mulai ke luar pukul 22.00 Wita.
"Biasanya memang sampai dini hari. Keluarnya jam 10 malam aku," tutur SN mengawali kisahnya kepada Tribun Bali.
Tarif yang ia pasang mulai dari Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu sekali kencan.
Begitu ada tamu, SN akan mengajak ke tempat kosannya, yang berada tak jauh dari tempatnya mangkal.
"Kami semuanya ngekos deket-deket sini. Kalau ada tamu ya ajak ke kos," kata waria berusia 40 tahun ini.
Pada suasana menjelang terbitnya matahari itu, ternyata masih ada sejumlah anak muda yang berseliweran di kawasan tersebut.
Mereka ternyata memang sedang mencari waria.
Seorang anak muda terlihat mendekat ke salah satu waria yang mangkal.
Bincang-bincang sebentar, ia lantas diajak menuju ke tempat kosan.
"Kebanyakan anak muda memang ke sini nyari kami. ABG, dan yang tua juga ada," kata SN.
Para PSK waria di kawasan ini setiap hari mangkal sampai pukul 05.00 Wita.
Kehidupan mereka berbalik dari manusia pada umumnya.
"Kalau pagi, siang aku tuh tidur, malam baru kerja dari jam 10 malam keluar sampai subuh dah di sini," ungkap SN.
Baca: Mobil Sport Ditabrak Kereta Api di Pagesangan Surabaya, Dua Korban Tewas
SN mengaku dirinya sudah mulai berdandan ala wanita sejak tahun 1995.
Waktu itu, ia mangkal di kawasan Jember, bahkan sempat pula mangkal di kawasan Surabaya.
"Setelah di Surabaya, kembali di Jember, baru di sini (Bali) mulai 2001," tutur waria yang menyuntikkan silikon pada dadanya ini hingga kelihatan lebih seksi dan menggoda.
Sebelum tahun 2014, jumlah waria yang tiap hari mangkal di kawasan Bung Tomo dan Kusuma Bangsa lebih dari 30 orang.
Namun sejak 2014, satu per satu waria di sana mulai berpindah tempat karena turunnya pelanggan.
"Kalau sekarang cuma 15 orang saja totalnya di sini," kata SN.
Semak-semak
Selain di kawasan Bung Tomo dan Kusuma Bangsa, para waria juga sering mangkal di Lapangan Lumintang dan Lapangan Puputan Renon, tepatnya di sepanjang Jalan Tantular Barat.
Bahkan, jumlah waria yang setiap hari mangkal di kawasan Renon ini lebih banyak dari tempat-tempat lainnya di Denpasar.
Saat Tribun Bali mendatangi di Jalan Tantular Barat Denpasar pukul 00.00 Wita, Kamis (18/10/2018), terlihat sejumlah berpakaian seksi seraya menenteng tas.
Jumlahnya sekitar tiga orang.
Mereka berdiri di pinggir-pinggir Jalan Tantular Barat.
Jika ada kendaraan melintas, ia akan melambaikan tangan sambil menyuruh mendekat.
"Belum keluar semua temen-temenku. Jam 1, jam 2 baru keluar semua. Kalau semua keluar ada 20 orang di sini," kata CS, waria asal Jakarta yang mengaku baru setahun mangkal di kawasan Renon itu.
Uniknya, para PSK waria yang mangkal di kawasan ini tak punya tempat nyaman untuk melayani tamu.
Menurut CS, kalau ada tamu, ia akan mengajak tamunya ke semak-semak.
"Iya serius di semak-semak aja. Full service. Gak keliatan kok dari luar, orang gelap," ungkap CS kepada Tribun Bali.
Tarif waria di kawasan Tantular Barat Renon ini hampir mirip dengan di Bung Tomo, yaitu kisaran Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu sekali kencan.
CS rata-rata mendapatkan tamu 5 sampai 6 orang per hari. (win/sud)
Artikel ini telah tayang di Tribun-bali.com dengan judul Jadi Waria karena Panggilan Jiwa, Pernah Dapat Penghasilan Sampai Rp 15 Juta per Bulan