Suara Dentuman dan Awan Panas Gunung Anak Krakatau Teramati dari Pos Pantau Rajabasa
Tercatat, Senin (24/12/2018), sempat teramati Gunung Anak Krakatau menyemburkan awan panas yang bergerak ke arah selatan.
Editor: Adi Suhendi
Laporan Reporter Tribun Lampung Dedi Sutomo
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG – Gunung Anak Krakatau dalam dua hari terakhir terus menunjukan aktivitasnya.
Tercatat, Senin (24/12/2018), sempat teramati Gunung Anak Krakatau menyemburkan awan panas yang bergerak ke arah selatan.
Andi Suardi, kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, mengatakan, dari data Magma VAR (vulcano activity report), Senin hingga pukul 24.00 WIB, terjadi gempa tremor dengan amplitudo 9-35 mm (dominan 25 mm).
Baca: Jadwal Liga Italia Pekan Ke 18, Inter Milan Akan Berhadapan dengan Napoli di Laga Penutup
“Teramati adanya asap kawah berwarna hitam dengan intensitas tebal dan ketinggian 300-600 meter. Juga teramati adanya awan panas ke arah selatan dan suara dentuman yang terdengar dari pos,” kata Andi Suardi kepada Tribunlampung.co.id, Selasa (25/12/2018).
Sebelumnya, Minggu (23/12/2018) dari data Magma VAR teramati adanya asap kawah bertekanan sedang berwarna hitam dengan intensitas tebal dan ketinggian 400 meter.
Baca: Pernikahannya dengan Opick Belum Genap Seminggu, Bebi Silvana Curhat: Tak Akan Membela Diri
“Untuk visual tertutup kabut. Namun, terdengar suara dentuman yang terdengar dari pos,” ujar Andi.
Sehari sebelumnya, Sabtu, 22 Desember 2018, dari data Magma VAR teramati asap kawah dari pagi hingga sore.
Baca: Zainut Tauhid Saadi: MUI Belum Pernah Mengeluarkan Fatwa Terkait Ucapan Natal
Asap kawah berwarna hitam tebal dengan tinggi kolom asap berkisar 700 sampai 1.600 meter.
Untuk aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau pada Minggu kemarin, tercatat gempa tremor dengan amplitudo 10-58 mm (dominan 25 mm).
Status Gunung Anak Krakatau sampai saat ini masih level II (Waspada).
Pengunjung dan nelayan dilarang mendekati kawasan Gunung Anak Krakatau dalam radius 2-3 kilometer.
Suara Letusan
Peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda akhir-akhir ini memantik kekhawatiran warga di Pulau Sebesi.
Alasannya, Pulau Sebesi adalah pulau berpenghuni terdekat dengan Gunung Anak Krakatau.
Suara letusan Gunung Anak Krakatau yang terjadi terus-menerus membuat warga semakin khawatir.
“Suara letusannya terus-menerus dan sangat kuat terdengar dari Pulau Sebesi,” kata Kasat Polairud Polres Lampung Selatan Iptu Yaya Sudrajat saat mengirim bantuan ke Pulau Sebesi, Selasa (25/12/2018).
Pasca terjadinya gelombang tsunami yang ditengarai akibat terjadinya erupsi Gunung Anak Krakatau, warga Pulau Sebesi memilih untuk mengungsi ke darat.
Baca: Dua Orang Guru dari Blitar dan Ponorogo Ditemukan Meninggal di Kamar Hotel Jogja
Warga Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku dievakuasi dengan menggunakan kapal KN Jembio P.215 milik KPLP, Selasa (25/12/2018).
Namun, kepulan material dari aktivitas Gunung Anak Krakatau tidak terpantau karena tertutup awan mendung.
Gunung Anak Krakatau mulai menunjukkan peningkatan aktivitas sejak Juni 2018 lalu.
Aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau terus berfluktuasi dalam enam bulan terakhir.
Peningkatan aktivitas erupsi juga sempat terpantau tinggi pada September dan Oktober lalu.
Gelombang tsunami yang menghantam kawasan pesisir Lampung Selatan dan Anyer, Banten, Sabtu, 22 Desember 2018 malam lalu, ditengarai akibat aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau.
Longsoran material ke laut itulah yang diduga menimbulkan gelombang tinggi.
Dievakuasi
Sebanyak 116 warga Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku dievakuasi ke darat dengan menggunakan Kapal KN Jembio P.215 milik KPLP, Selasa, 25 Desember 2018.
Selanjutnya mereka dibawa ke Pelabuhan BBJ Bakauheni.
Warga yang dievakuasi tersebut terdiri dari 101 warga Pulau Sebesi dan 15 warga Pulau Sebuku.
Sementara korban yang mengalami luka-luka dilarikan ke Puskesmas Rawat Inap Bakauheni untuk mendapatkan perawatan.
Baca: Ini Impian Andi Seventeen yang Belum Terwujud Sampai Ajal Menjemput
“Hari ini ada 116 warga dari Sebesi dan Sebuku yang kita evakuasi ke darat. Tim kembali akan ke Sebesi,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lampung Selatan Qorinilwan yang turut menjemput warga ke Pulau Sebesi.
Selain kapal milik KPLP, puluhan warga Pulau Sebesi lainnya dievakuasi dengan menggunakan kapal nelayan melalui Dermaga Canti.
Qorinilwan mengatakan, kerusakan akibat tsunami di kedua pulau itu tidak separah kawasan pesisir Rajabasa.
Namun, karena sempat terisolasi, warga kekurangan bahan makanan.
Hartono, nelayan Pulau Sebuku, mengaku saat tsunami menerjang, Sabtu, 22 Desember 2018 malam, ia sedang melaut.
Saat gelombang tsunami terjadi, ia terbawa ke tengah laut.
Setelah gelombang mereda, ia menepi dan mendapati kapal-kapal sudah berantakan di pantai.
“Kalau di Sebuku hanya ada satu pondok yang rusak. Yang lain tidak, karena cukup jauh dari pantai,” terangnya.
Hartono menambahkan, saat ini sebagian besar warga Pulau Sebuku telah mengungsi ke darat bersama keluarganya.
Dapat Bantuan
Kabar gembira untuk korban tsunami di Desa Tejang, Pulau Sebesi, Lampung Selatan.
Bantuan untuk warga di Pulau Sebesi sudah mulai didistribusikan, Senin, 24 Desember 2018.
TNI dan Polri mengirimkan bantuan dalam bentuk paket sembako.
Bantuan terdiri dari 50 paket kantong beras, 50 dus mi instan, 50 dus air mineral, 50 paket minyak goreng, dan beberapa bantuan lainnya.
Komandan Korem 043/Garuda Hitam Kolonel Kav Erwin Djatniko mengatakan, selain bantuan sembako, nantinya juga akan dilihat kebutuhan warga di Pulau Sebesi.
Jika warga ingin mengungsi ke darat, pihaknya akan menyiapkan kapal.
“Nanti kita lihat apa yang diinginkan warga. Jika mereka ingin mengungsi ke darat, akan kita angkut. Kita akan siapkan kapal untuk mengangkut warga di Pulau Sebesi nantinya,” ujar Erwin saat ditemui di Dermaga Canti, Kecamatan Rajabasa, Senin.
Sementara Kapolres Lampung Selatan AKBP M Syarhan mengatakan, selain bantuan sembako, Polres Lampung Selatan juga mengirimkan dua personel dari Satuan Polair untuk mendata kondisi warga di Pulau Sebesi.
“Hari ini bantuan sudah dikirim untuk warga yang tinggal di Pulau Sebesi. Mereka masih mengungsi di tempat yang lebih tinggi pasca terjadinya tsunami,” kata Syarhan.
“Nantinya akan kita lihat dan data kondisi warga di Pulau Sebesi seperti apa. Apa yang dibutuhkan warga nantinya akan kita kirimkan,” ujar mantan Kapolres Pesawaran tersebut.
Penulis: Dedi Sutomo
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul: UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - Gunung Anak Krakatau Semburkan Awan Panas ke Arah Selatan