Perwira Polisi Ini Pernah Menyamar Sebagai Penjual Bakso Hingga Jadi Hansip
Aksi kejahatan hanya meninggalkan sedikit sekali bukti dan sangat minim kesaksian sehingga untuk menungkap kasus, tak jarang polisi harus menyamar
Editor: Eko Sutriyanto
"Karena begini, saksi di lokasi kejadian itu kadang tidak bisa dimintai keterangan sama jika mengaku sebagai polisi, saksi jadi bungkam atau tidak segan. Untuk menyiasati itu, ya nyamar," ujar Tri.
Bagi polisi seperti Tri, satu hal yang mereka yakini bahwa sebuah tindak pidana, bagaimanapun modusnya, pasti meninggalkan jejak. Sekalipun jejak itu hanya secuil.
Teknik penyamaran adalah salah satu untuk mengungkapnya.
Baca: Evakuasi Korban Longsor Cisolok: 15 Jenazah Ditemukan, 20 Masih Dicari
"Kami percaya, tindak pidana itu pasti meninggalkan jejak. Serapi-rapinya tindak pidana. Tergantung dari kitanya apakah bisa jeli melihat dan menemukan buktinya, sekalipun itu hanya secuil," ujar Tri.
Mengungkap dan memburu pelaku kejahatan bukan berarti tidak memiliki konsekuensi.
Mereka bekerja dalam terang, pun bekerja dalam gelap alias bekerja 24 jam apalagi, jika terjadi kasus yang menyita perhatian publik.
"Kami bekerja 24 jam ungkap kasus, kebanyakan C3, penembakan hingga pembunuhan. Semuanya harus diungkap karena sebelum terungkap, itu kami anggap hutang yang harus dibayar," ujarnya.
Pahit getir ia lakoni sebagai pemburu. Melewatkan waktu bersama keluarga hingga biaya. Tapi, ia menegaskan itu bukan sebuah kendala.
Mengungkap kasus juga bukan perkara mudah. Dari serangkaian teknik pengungkapan kasus, teknik penyamaran saja, membutuhkan tenaga, wakti dan kesiapan mental yang prima.
"Orang lapangan kalau bisa ungkap kasus itu kepuasan tersendiri, kadang mereka tidak pikirkan hal lain selain ungkap kasus. Meski kadang keluarga jadi nomor sekian, pengeluaran pribadi hingga barang dijual untuk ungkap kasus. Tapi kalau berhasil diungkap, tentu itu hal sangat membanggakan," ujar Tri.
Hanya saja, kata Tri, jerih payah mengungkap kasus itu selalu sebanding dengan ganjaran yang diterima.
"Pimpinan kami memberi penghargaan setiap anggota lapangan mengungkap kasus. Tapi prinsipnya, mengungkap kasus bagi kami adalah kebanggaan, kami tidak akan berhenti selama kasus belum terungkap," kata dia.
Hal sama dialami perwira pertama polisi, Rudi. Ia sudah mengalami pahit getir hidup di jalanan memburu para pelaku kejahatan. Secara umum, ia mengalami apa yang dialami oleh Tri.
"Secara umum, anggota lapangan memang seperti itu. 24 jam bekerja di lapangan. Seringkali tidak pulang, kami mengumpulkan bukti demi bukti untuk membuat terang perkara. Saat perkara terungkap, tentu kebanggaan tersendiri bagi kami," ujar Rudi.