Fakta-fakta Jamaah Salat Isya Tewas Dikapak, Alasan Pelaku Tak Logis Hingga Dikaitkan Isu PKI
Korban mengalami luka di bagian belakang kepala akibat bacokan kapak besar pembelah kayu atau disebut patik.
Editor: Hendra Gunawan
Melihat ada makmun jatuh ke belakang, salat dihentikan dan jemaah salat Isya melihat korban yang sudah bersimbah darah di bagian kepala.
Jemaah salat sempat melihat korban masih bernapas saat diberi pertolongan tapi tak lama kemudian nyawa korban melayang.
Kapolres Sumedang AKBP Hartoyo mengatakan korban mengalami luka di bagian belakang kepala akibat bacokan kapak besar pembelah kayu atau disebut patik.
“Korban dibacok dari arah belakang ketika sedang salat Isya dan ada saksi yang melihat pelaku kabur keluar dari dalam masjid,” kata AKBP Hartoyo di Mapolres Sumedang, Jumat (15/2/2019).
Polisi yang mendapat laporan langsung melakukan penyelidikan dan berasil mengidentifikasi pelaku pembacokan bernama Kurnaevi alias Ea (36) yang bertetangga dengan korban.
“Sekitar pukul 21.00, pelaku berhasil diamankan saat sedang mengaji surat Yasin di pemakaman umum Desa Cilayung, Kecamatan Jatinangor yang berbatasan dengan Desa Sindangsari,” kata Kasatreskrim AKP Dede Iskandar, Jumat (15/2/2019).
Bagaimana reaksi Kurnaevi saat ditangkap dan apa proses hukum selanjutnya? Anda bisa membacanya di Harian Umum Tribun Jabar edisi Sabtu (16/2/2019).
4. Pelaku Mengaku Kesal Tak Dihargai
Tersangka pembunuhan di masjid di Sumedang, Kurnaevi alias Ea, terus menunduk dan terlihat mengantuk di ruang unit kejahatan dengan kekerasan (Jatanras) Reskrim Polres Sumedang, Jumat (15/2/2019) siang.
Pembunuhan itu terjadi di Masjid Miftahul Falah, Dusun Salam Desa Sindangsari, Kecamatan Sukasari, Kamis (15/2/2019) sekitar pukul 19.30 WIB.
Mata pria berbadan tegap yang hanya lulus SD ini beberapa kami terpejam tapi kemudian terbuka.
“Saya kenal dengan korban, tetanggaan dan kerap ke masjid bersama untuk salat dan mengaji,” kata Kurnaevi alias Ea saat ditanya Tribun, Jumat (15/2/2019).
Ia mengaku kesal, marah, dan tak dihargai dengan jemaah masjid karena suka terburu-buru kalau salat berjamaah sehingga hanya memberikan sedikit waktu untuk salat sunah.
“Saya kesal, marah, dan tak dihargai,” katanya pendek.
Sebelum kejadian pembunuhan, pelaku baru pulang dari Bandung bersama adiknya setelah mengerjakan pembuatan kanopi, Kamis (14/2/2019) sore.
“Dia baru datang dari Bandung dan baru buka puasa. Dia rajin puasa Senin-Kamis, minum seteguk air kemudian ke masjid ikut salat Magrib dan sempat mengaji,” kata Kasatreskrim AKP Dede Iskandar di Mapolres, Jumat (15/2/2019).
Pelaku datang lagi ke masjid saat mau salat Isya dan ternyata salat sudah berlangsung.
Kurnaevi kembali lagi ke rumahnya yang tak jauh dari masjid dan mengambil patik atau kapak besar pembelah kayu.
Ia masuk lagi ke dalam masjid melalui pintu samping sebelah kiri. Di dalam masjid tersangka mengayunkan patik dengan kedua tangan dan menebaskan ke bagian belakang kepala korban sebanyak dua kali.
Baca: Heboh Mayat Ditemukan Tanpa Identitas dengan Kondisi Mengenaskan di Tengah Sawah di Gresik
“Dibacok dua kali,” katanya dengan kepala tertunduk.
Korban ambruk dan pelaku kabur ke rumah menyimpan patik kemudian lari ke pamakaman umum Desa Cilayung.
Kejiwaan Kurnaevi terganggu sejak pernikahannya kandas tahun 2011.
“Kakak saya stress dan sering melamun, kadang suka marah-marah dan mengamuk. Dia stres sejak bercerai dengan istrinya,” kata adik tersangka yang mendapinginya di Mapolres.
Menurut keluarganya, korban sempat bekerja di Bekasi tapi kerjanya tidak fokus dan sering melamun.
“Saya ajak dia bekerja mengerjakan pembuatan kanopi, kalau sedang bekerja memang sering melamun,” katanya.
Baca: Sudah Ada Caleg di Pemalang yang Sudah Keluarga Duit Rp 4,5 Miliar Hanya Untuk APK
Sebelumnya, dokter jiwa mengatakan Kurnaevi mengalami halusinasi akibat gangguan psikologi.
Hal ini disampaikan Edi Sukandi, dokter jiwa yang pernah menangani KN, ketika ditemui Tribun Jabar di Mapolres Sumedang, Jumat (15/2/2019).
Edi Sukandi mengatakan, Kurnaevi memiliki rasa curiga yang berlebihan. Inilah yang menyebabkan pelaku mengambil sikap agresif.
"Rasa curiga yang berlebihan itu yang kadang-kadang melakukan hal-hal yang di luar nalar diri sendiri," ujar Edi Sukandi.
Edi Sukandi bercerita, pada konsultasi pertama, pelaku diketahui memiliki sifat agresif yang berasal dari rasa curiganya yang berlebihan.
Pada pertemuan kedua sekaligus terakhir, rasa curiga KN tidak ditemukan, tetapi KN justru menjadi berhalusinasi dan mendengar bisikan-bisikan pada telinga.
"Bisikan ini lebih berbahaya lagi karena ada dorongan untuk dilakukan," ujarnya.
Baca: 3 Promo Burger King Februari 2019, Pilih Pesan 2 Menu Ayam atau Burger Cuma Rp 20 Ribu
Kurnaevi, lanjutnya, seharusnya meminum obat agar bisikan-bisikan tersebut bisa hilang namun Edi tidak tahu obat tersebut diminum Kurnaevi atau tidak.
5. Pembacokan di Masjid Dikait-kaitkan Isu PKI
Berita mengenai peristiwa pembunuhan Maslikin yang terjadi di Masjid Miftahul Falah, Sukasari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Kamis (14/2/2019) malam, beredar cepat di media sosial.
Sayangnya, tak semua informasi disebarkan dengan data-data yang akurat, beberapa postingan di media sosial justru dibumbui isu PKI.
Seperti yang ditemukan di media sosial Facebook, salah seorang pengguna Facebook memposting informasi mengenai peristiwa pembunuhan tersebut sambil menuliskan "Waspada!! Indikasi nyata PKI mulai bangkit..".
Postingan tersebut pun dilengkapi dengan foto yang mengandung kekerasan karena memperlihatkan foto korban yang terluka parah dan berdarah-darah.
Menanggapi hal ini, Kapolres Sumedang telah memberikan ultimatum bagi para penyebar hoaks tersebut.
"Silakan sebar hoaks, silakan sebarkan berita bohong, nanti saya tangkap," ujar Kapolres Sumedang, AKBP Hartoyo, ketika ditemui Tribun Jabar di Mapolres Sumedang, Jumat (15/2/2019).
Kapolres Sumedang itu pun mengingatkan para penyebar hoaks bahwa jejak digital tidak akan bisa hilang.
"Tinggal tunggu saja, nanti akan kami lakukan tindakan hukum," ujar AKBP Hartoyo.
Sebelumnya diberitakan, sebuah peristiwa pembunuhan menggegerkan warga Sukasari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Kamis (14/2/2019) malam.
Seorang pria tewas dibacok saat sedang melaksanakan shalat Isya di Masjid Miftahul Falah, Sukasari. (Seli Andina Miranti)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul 5 Fakta Pembacokan Jemaah Shalat Isya di Sumedang, Alasan Pelaku Tak Logis Hingga Dikaitkan Isu PKI