Masih Andalkan Timah, Pertumbuhan Ekonomi Babel Diprediksi Tembus 5 Persen
Tahun ini, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan di kisaran 4,5 persen, bahkan optimistis bisa tembus ke 5 persen.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski masih berada di bawah nilai rata-rata nasional, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bangka Belitung pada 2018 secara tahunan (year-on-year) sebesar 4,45 persen cenderung stabil jika dibanding 2017 yang mencapai 4,47 persen.
Tahun ini, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan di kisaran 4,5 persen, bahkan optimistis bisa tembus ke 5 persen.
Menurut Kepala Bank Indonesia (BI) Provinsi Bangka Belitung Tantan Heroika, capaian pertumbuhan ekonomi tersebut menunjukkan bahwa daya tahan perekonomian Bangka Belitung masih relatif terjaga di tengah tekanan kondisi ekonomi global yang tidak menentu, serta tekanan nilai tukar rupiah yang terus meroket sepanjang 2018.
’’Pertumbuhan ekonomi Babel pada 2018 masih lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi di Kawasan Sumatera yang mencapai 4,54 persen, dan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17 persen. Akan tetapi, bisa dibilang pertumbuhan ekonomi Babel cukup stabil,’’ kata Tantan dalam keterangan tertulisnya yang diterima Tribunnews, Rabu(20/2/2019).
Baca: Klub Malaysia Menang 17-1 dan Tolak Dugaan Terlibat Pengaturan Skor
Dijelaskan, kinerja sektor pertambangan tercatat mengalami pertumbuhan negatif pada 2018 sebesar 1,08 persen, dan menjadi salah satu faktor penahan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung.
Hal ini memberikan multiplier effect terhadap perlambatan sektor lainnya seperti industri pengolahan dan sektor perdagangan.
’’Namun hingga saat ini, pembentuk produk domestik regional bruto (PDRB) paling utama di Babel masih timah. Pada 2018 PDRB dari timah adalah 30 persen mulai dari pertambangan hingga industri pengolahan,’’ ujarnya.
Tertahannya kinerja ekspor timah selama 2018, lanjut Tantan, berdampak terhadap kinerja ekspor luar negeri dari Bangka Belitung yang mengalami kontraksi 2,23 persen.
Padahal tahun sebelumnya tumbuh tinggi mencapai 31,81 persen.
Hal tersebut juga berdampak pada kinerja sektor perdagangan yang hanya mampu tumbuh 2,65 persen pada 2018.
Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mampu mencapai 7,81 persen.
’’Kendati demikian, perlambatan sektor industri pengolahan secara keseluruhan pada 2018 masih dapat diimbangi oleh kinerja sub sektor industri pengolahan CPO yang meningkat sejalan dengan adanya penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang semakin baik, dan panen raya kelapa sawit,’’ tuturnya.
Sementara itu Kepala Bappeda Babel Fery Insani, membenarkan bahwa hingga saat ini perekonomian Babel belum bisa lepas dari timah.
Menurutnya, pertumbuhan perekonomian Babel di triwulan ketiga 2018 bagus, dan itu disokong oleh timah.
’’Apabila kinerja timah tidak bagus, ya pertumbuhannya juga turun, seperti yang terjadi pada triwulan keempat 2018. Walau begitu, memang ekonomi Babel masih ditopang oleh timah dan turunannya,’’ ucap Fery.
Lebih lanjut Fery menjelaskan, Babel tidak memiliki masalah dengan indikator kemiskinan.
Selain itu, indeks pembangunan manusia (IPM) Babel juga sudah melewati batas psikologis.
’’Persoalan kami ada pada growth. Investasi kita enggak banyak, kecuali investasi timah tadi. Makanya momen ini menurut saya yang harus dijaga supaya investasi timah tetap terjaga baik. Sebab, saya memperkirakan hingga 5-10 tahun ke depan, kami masih mengandalkan tambang, meskipun kontranya banyak. Itu yang mungkin harus kita tata kembali,’’ tuturnya. (Willy Widianto)