Yayasan Dharmais Gelar Operasi Katarak dan Bibir Sumbing Gratis di NTT
Katarak merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat usia lanjut di wilayah NTT.
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, ATAMBUA - Putri sulung mantan Presiden Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana atau disapa Mbak Tutut dan sang adik Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek Soeharto hadir di tengah-tengah masyarakat dan menyaksikan operasi katarak di Rumah Sakit Katolik Mariamun Haliluluk, Halilukuk Atambua Timor, NTT.
Setibanya di rumah sakit milik Yayasan Maria Virgo, dua putri Cendana ini sambut antusias pengelola RS dan para suster. Tutut Soeharto dan Mamiek Soeharto diberikan kenangan kain tenun khas NTT berwarna cerah.
Kain tenun itu pun dikenakan di pundak Tutut Soeharto dan Mamiek Soeharto. Adapun Danty Rukmana, melingkarkan kain itu di lehernya.
Dengan senyum ramahnya, Mbak Tutut menyapa pengelola RS, para suster dan pasien katarak yang sudah menunggunya. “Apa kabar semuanya. Saya senang bisa hadir di sini dalam kegiatan bakti sosial. Semoga bapak dan ibu lekas sehat ya,” kata Mbak Tutut, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (12/4/2019).
Ketua Yayasan Maria Virgo RS Katolik Marianum Haliluluk, RS Yohana Maria, mewakili masyarakat NTT mengucapkan terima kasih atas kehadiran Tutut Soeharto dan Mamiek Soeharto ke rumah sakit ini.
“Selamat datang Ibu Tutut, Pembina Yayasan Dharmais dan Ibu Mamiek. Semoga tindakan nyata pelayanan kasih dalam lingkaran keluarga besar ini tetap terjalin,” kata Yohana dalam sambutannya.
Yohana sangat bersyukur dan berterima kasih atas bantuan pengobatan yang diberikan oleh Yayasan Dharmais.
Baca: Sulitnya Menikmati Masa Tua Akibat Katarak
Yohana mengatakan, Yayasan Dharmais sangat membantu.
Dirinya yang mengabdi di dunia pendidikan sangat merasakan sekali yakni saat anak-anak diundang ke Jakarta itu berkat Yayasan Dharmais.
“Terima kasih dengan kehadiran Ibu Tutut dan Ibu Mamiek, kami mengenang Pak Harto dan Ibu Tien. Tentu kami akan mendoakan Beliau semoga ditempatkan di surga,” ujarnya.
Dia mengatakan, Tutut Soeharto bersama rombongan datang ke RS ini dengan batin yang bersumber pada rasa cinta. Kelihatan terputus tapi ternyata sangat terasa kini terjalin harmonisasi.
Rasa cinta kepada kehidupan sesama ternyata kata dia, diteruskan dan tetap hidup diwujud nyatakan dalam tindakan dalam satu suara.
“Mereka senang karena sudah bisa melihat kembali. Mereka juga senang bisa melihat Ibu Tutut Soeharto,” ujarnya.
Yohana berharap semoga kerjasama yang dirajut kembali dalam pelayanan kasih diperkuat ikatannya.
Tetap berkelanjutan bagi sesama manusia dalan lingkaran keluarga besar demi kebahagian sesama manusia.
Operasi katarak yang digelar Yayasan Dharmais kerjasama dengan Perhimpunan Dokter Muda Indonesia (Permadi) disambut antusias masyarakat NTT.
Hingga kini, sekitar 140 ribu masyarakat telah melakukan operasi katarak dan bibir sumbing
Untuk kali ini tercatat 100 lebih peserta yang mengikuti operasi katarak di RS Katolik Mariamun Haliluluk ini.” Saya mewakili pasien, mengucapkan terima kasih pada Ibu Tutut. Puji Tuhan, kami bisa bertemu dengan Ibu yang energik sangat luar biasa,” kata Fernandes, salah satu tokoh masyarakat.
Dia mengatakan, katarak merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat usia lanjut di wilayah NTT.
Baca: Dari Batas Negara, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Pertanian asal NTT
Demi kesembuhan matanya, mereka rela datang jauh-jauh dari berbagai dusun. Terkadang mereka harus menginap agar dapat pengobatan secara gratis diberikan yayasan Dharmais.
“Pasien yang rumahnya jauh nginap di RS ini demi pengobatan gratis. Sayangnya, RS ini kekurangan tempat tidur,” kata Fernandes.
Operasi katarak ini banyak dilakukan di RS Katolik Mariamun. Dia pun berkisah, tahun lalu dirinya bersama masyarakat lainnya akan operasi di RS ini, namun sayangnya tidak terlayani karena banyak pasiennya.
Ia diminta untuk operasi katarak di Kupang, dengan peralatan yang canggih. Namun ia bersama masyarakat lainnya menolak anjuran tersebut. “Kami protes karena tidak ada uang. Kami ini pensiunan yang terima gaji hanya 75 persen. Masyarakat di sini juga petani, peternak dan nelayan, yang ekonominya juga sulit,” kata Fernandes.
Sehingga akhirnya diputuskan untuk menunggu tujuh bulan lagi. “Puji Tuhan ada pengumuman operasi katarak gratis dari Yayasan Dharmais diumumkan di gereja. Kami pun mendaftar dan hari ini mata kami dioperasi. Terima kasih Ibu Tutut,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam safari politiknya, Mbak Tutut bersama rombongan menuju Desa Litamali, Kobalima, Kabupaten Malaka, NTT dalam rangkaian kampanye Partai Berkarya.
Selain disambut oleh Kepala Suku, Mbak Tutut dan Mbak Mamiek diberi tas & kain adat tenun.
Di Malaka, Mbak Mamiek menggelorakan para caleg partai Berkarya, relawan dan masyarakat yang hadir. Dirinya mengingatkan agar para caleg DPR RI dan DPRD berkomitmen mensejahterakan masyarakat jika terpilih.
"Malaka harus lebih maju lagi. Harus berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Nggak boleh ada impor lagi, semua harus produk dalam negeri,” tegas Mamiek.
Baca: Biasakan Naik Tangga, Dapatkan Manfaat Kesehatan Darinya!
Sementara Mbak Tutut mengingatkan warga Malaka yang telah memiliki hak pilih, agar menggunakan hak pilihnya.
“Bapak-bapak dan ibu-ibu, mau memilih yang lebih baik atau begini saja?” tanya Tutut. Dengan kompak dijawab, “Kami ingin perubahan, Bu,” jawabnya.
“Kalau ingin perubahan, pilih Partai Berkarya nomor 7, dan presidennya nomor 2, ya,” katanya.
Selain itu warga Malaka diminta untuk ikut mengawasi jalannya Pemilu. Baik saat proses pencoblosan maupun penghitungan suara pada 17 April mendatang. “Kalau sudah nyoblos, jangan langsung pulang. Kita ikut awasi dulu, kalau ada yang curang difoto dan laporkan,” katanya.