Serangan Hama Engkuk Resahkan Petani Singkong Banjarnegara
Tanaman ketela pohon (singkong) tumbuh rimbun di kebun-kebun warga Desa Pucungbedug , Kecamatan Purwanegara Banjarnegara.
Editor: Hendra Gunawan
Larva adalah hewan yang perkembangannya melalui metorforsis.
Hewan yang hidup di dalam tanah inilah yang diyakini sebagai biang perusak tanaman singkong petani.
"Engkuk sudah lama menyerang tanaman singkong,"katanya
Mengatasi hama yang tampak jelas di tanaman saja susahnya minta ampun.
Apalagi hama yang tak kasat mata karena hidupnya di dalam tanah.
Dimana dan kemana hewan itu berjalan, petani tak tahu. Kapan jadwal hama itu menggerogoti akar tanaman pun tak pernah diketahui.
Karena itu, petani kebingungan untuk membasmi hama yang tersembunyi tersebut.
Baca: Tujuh Perusahaan Swasta Kantongi Izin Impor Bawang Putih
Baca: Tujuh Perusahaan Swasta Kantongi Izin Impor Bawang Putih
Tetapi petani tetap berusaha untuk membasmi hama itu agar bisa panen.
Bermacam insektisida, hingga garam dan sabun cuci serbuk sudah pernah dipakai petani untuk mematikan hama itu.
Mereka menebar racun itu di dalam tanah yang diyakini menjadi sarang hama Engkuk.
Tetapi usaha yang memakan modal cukup besar itu sepertinya tak mempan. Serangan hama Engkuk tetap merajalela.
Zuhri biasa membeli insektisida yang diyakini paling ampuh seharga Rp 85 ribu perkilogram.
Sekali tebar, ia membutuhkan 8 kilogram racun. Belum lagi obat jenis lain yang membuat ongkos produksi kian membengkak.
"Masalahnya tidak tahu dimana, karena hidup di dalam tanah. Ditebar di sini, hamanya sudah pindah. Jadi gak mati,"katanya