Anggota KPPS yang Meninggal Dunia Ini Selalu Terlibat Sejak Pilpres 2004
Isak tangis Rosmala dan anak-anaknya pecah ketika melihat jenazah Simbolon dimasukkan di liang lahat tempat peristirahatan terakhirnya
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan wartawan Tribunsumsel.com, Eko Hepronis.
TRIBUNNEWS.COM, LUBUKLINGGAU - Simbolon (53), warga RT. 07 Jalan Nanas, Kelurahan Megang ini meninggal Kamis (25/4) dimakamkan di Tempat Pemakamanan Umum (TPU) Kelurahan Belalau I, Kecamatan Lubuklinggau Utara I.
Simbolon adalah anggota KPPS 04, Kelurahan Megang, Kecamatan Lubuklinggau Utara II meninggal dunia setelah tujuh hari menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) Siti Khadijah Kota Palembang.
Simbolon meninggalkan satu orang istri bernama Rosmala dan tiga orang anak yakni Iwan (30), Rendi Sukaji (23) dan Alfiatun Hasanah (15) yang masih duduk dibangku kelas III Madrasah Tsanawiyah.
Isak tangis Rosmala dan anak-anaknya pecah ketika melihat jenazah Simbolon dimasukkan di liang lahat tempat peristirahatan terakhirnya.
Bahkan Rosmala dan putri bungsunya tampak sangat terpukul dan harus dipapah oleh para keluarganya.
Rosmala dan anak-anaknya mengaku ikhlas melepas kepergian suaminya, sebab selama sakit mereka telah berupaya supaya Simbolon bisa sembuh seperti sediakala.
Baca: Prabowo-Sandi Instruksikan Relawan Beri Perhatian Kepada Petugas KPPS
"Sakitnya karena pecah pembuluh darah di kepala, kita sudah berupaya melakukan operasi, tapi sejak operasi tidak sadarkan diri sampai meninggal," kata Rosmala pada Tribunsumsel.com, Jumat (26/4).
Rosmala menuturkan, menjadi penyelenggara Pemilu bukan hal yang baru bagi suaminya.
Karena sejak tahun 2004 suaminya sudah terlibat menjadi anggota KPPS saat Pemilihan Presiden (Pilpres).
"Memang ada penyakit darah tinggi, tapi selama ini jarang kambuh, dia (Suaminya) pandai mengatur kesehatan, meskipun sering begadang tapi jarang sakit," tambah guru SD Ini.
Itulah sebabnya, Rosmala mengizinkan Simbolon kembali menjadi anggota KPPS, walau pun sebelum pemilihan ia melihat Suaminya itu sudah kelelahan.
Karena sejak sebelum pemilihan anggota KPPS sudah sering begadang dan mengikuti pelatihan. Termasuk hari pencoblosan Rabu (17/4) lalu pukul 03.00 WIB dinihari Simbolon dan teman-temannya sudah berada di TPS menunggu pengiriman logistik Pemilu.
"Karena saat pemilihan itu keringatnya keluar terus. Saya sarankan supaya istirahat saja. Nanti yang bertugas digantikan oleh adiknya. Tapi dia (Simbolon) tidak mau," ujarnya.
Bahkan suaminya itu, mengatakan jika demam dan berkeringat itu merupakan hal yang biasa karena sebelum-sebelumnya mampu menyelesaikan penghitungan suara dan ikut mengantarnya ke PPS.
"Dia (Simbolon) bilang dak usah nak diganti-ganti dulu-dulu bae aku ni kuat, masak cak ini bae aku dak kuat, dak usahlah digantike," terangnya menirukan ucapan Simbolon.