Kisah Anak Tukang Angkut Sampah Berhasil Tembus Fakultas Kehutanan UGM Tanpa Tes
Kisah Alyza Firdaus Nabila ini diangkat oleh tim UGM di situs resmi mereka dalam artikel berjudul Anak Tukang Angkut Sampah Berhasil Kuliah di UGM.
Editor: Yudie Thirzano
Dia ingat betul bagaimana keluarganya pernah mengalami titik nadir dalam hidup.
Bahkan, anak pertamanya terpaksa putus sekolah saat di bangku SMA karena tidak mampu membayar uang sekolah.
Oleh karena itu, dia tidak berhenti mengucap syukur mengetahui Lyza bisa diterima di UGM.
Mengingat kondisi perekonomian yang pas-pasan Jumari tidak pernah berpikir anaknya akan bisa melanjutkan pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi.
Dari pekerjaan angkut sampah dan usaha cuci pakaian yang dijalankan istrinya sebenarnya hanya pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Rata-rata per bulan dari angkut sampah dan usaha cucian sekitar Rp1,5 juta untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,” jelasnya saat ditemui Selasa (14/5/2019).
Namun, melihat ketekunan sang anak dalam belajar dan melihat prestasi akademis yang baik dia yakin sang anak nantinya dapat memperoleh pendidikan yang layak.
“Benar-benar tidak membayangkan akhirnya Lyza bisa diterima kuliah di UGM,” tuturnya.
Jumari beserta istri dan dua anaknya tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil seluas 46 meter persegi di Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, DIY.
Rumah tempat tinggalnya sekaligus digunakan untuk menjalankan usaha cuci pakaian.
Saat memasuki ruangan langsung terlihat dua mesin cuci dan berbagai peralatan lainnya yang memenuhi hampir separuh rumah.
Lalu, di sisi samping terdapat satu ruangan sempit yang berfungsi sebagai ruang serbaguna untuk tidur dan berkumpul.
Di ruang itu pula Alyza belajar menggunakan sebuah meja lipat yang dipenuhi tambalan isolasi di pinggirnya.
Sejak SD hingga saat ini meja usang itu selalu setia menemani Alyza belajar setiap harinya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.