6 Fakta Kisah Viral Makan Seafood Bayar Rp 700 Ribu, Pedagang: Pembeli Tak Tahu Terima Kasih
Inilah enam fakta kisah viral makan seafood di warung lesehan bayar Rp 700 ribu. Pedagang sebut pembeli tak tahu terima kasih.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Daryono
"Kami kalau menghidangkan masakan tidak akan tanggung untuk pembeli," tukas Sopikhin.
3. Sebut pembeli tidak tahu terima kasih
Masih kata Anny, ia menyebut pembeli di warung lesehannya tidak tahu terima kasih.
Sebab, dirinya sudah memotong harga yang harus dibayar dari Rp 700 ribu menjadi Rp 300 ribu.
"Padahal sudah kami potong setengah harganya, malah tidak tahu terima kasih."
"Semisal pembeli itu membayar total Rp 700 ribu, baru saya ikhlas dikeluhkan di sosial media."
"Masalahnya, dia sudah dipotong harganya, tapi malah seperti itu," sebut Anny kian kesal.
4. Ada harga, ada rupa
Anny juga membenarkan, masakan dan dagangan yang dijualnya memang tidak murah, terlebih masakan seafood.
Sebab, Anny mengklaim bahan-bahan yang dibelinya tidak sembarangan alias berkualitas super.
"Ada rupa, ada harga. Kami dapat kepiting dari pasar saja harganya bisa Rp 175 ribu hingga Rp 225 ribu per kilogram,"
"Kami pakai jenis kepiting telur dan udang windu yang terkenal besar-besar. Semua fresh dari laut," ucap Anny.
Baca: Seorang Wanita Muda Dibuntuti oleh Pria Tak Dikenal sampai ke Apartemennya, Rekaman CCTV Viral
Kemudian Anny juga biasa membeli jenis udang windu besar di pasaran seharga Rp 150 ribu per kilogram.
Dia mendapatkan aneka bahan makanan laut itu di Pasar Cinde, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal.
"Kalau dari pasarnya saja mahal, ya jelas kami juga akan jual mahal," kata dia.
5. Pasrah warungnya sepi
Dari cerita viral di media sosial, Anny mengaku sempat didatangi dan dimintai keterangan oleh dinas terkait.
Kata Anny, dinas terkait datang atas instruksi Bupati Tegal yang ingin lebih lanjut mengetahui ihwal viralnya kejadian ini.
"Satpol PP tadi siang datang. Namun, kami tetap tegaskan 'ada rupa, ada harga'."
"Dari dahulu, kami memang menjual dengan harga segini. Kami tidak main tembak harga seperti yang disangkakan orang lain," kata dua.
Baca: Istri Brimob Menangis hingga Pedagang Rokok Pasrah, Ada Cerita dalam Aksi 22 Mei di Jakarta
Selain itu, warungnya juga semakin sepi seiring dengan viralnya cerita tentang warung lesehannya.
Saking sepinya, warung yang mulai dibuka sehabis Magrib itu baru melayani satu pembeli hingga pukul 20.22, Rabu (22/5/2019).
Anny pun mengaku hanya bisa berpasrah diri menerima berbagai hujatan karena dianggap 'menembak harga' di momen-momen tertentu, seperti musim mudik Lebaran saat ini.
"Ya, saya mah pasrah. Saya sudah 10 tahun jualan di sini."
"Pada 2-3 tahun lalu sempat viral kayak gini juga, tapi saya tetap menjaga harga tersebut karena ada rupa ada harga," cetus Anny.
6. Mahal sejak 2009
Selama hampir 10 tahun menjual aneka masakan Lamongan di pinggir Kantor Kecamatan Slawi itu, Anny mengaku tidak pernah memasang harga murah pada masakan jualannya.
Sebab, dia mengklaim bahan-bahan seafood seperti kepiting, cumi, ikan kakap, dan udang yang dibelinya tidak sembarangan alias berkualitas super.
"Dari 2009 sampai sekarang, saya tetap menjual masakan dengan harga yang tak murah. Tapi anehnya, kenapa baru sekarang gegernya," ujar Anny heran, Rabu (29/5/2019).
Sebelumnya, Anny mengaku sempat mengalami hal serupa sekitar dua atau tiga tahun yang lalu.
Masalahnya, kata Anny, sama seperti yang dialaminya saat ini, yakni soal harga yang dinilai tak wajar oleh masyarakat.
"Beberapa tahun juga pernah viral seperti ini. Tapi, pembeli ada-ada saja sampai sekarang."
"Dari dagangan ini, saya bisa mengkuliahkan anak saya. Yang jelas, saya ga pernah nembak harga karena dari dulu memang saya jual tidak murah."
"Ada rupa, ada harga. Kalau yang ngerti seafood, harusnya paham," Anny bercerita.
(Tribunnews.com/Sri Juliati/Tribun Jateng/Akhtur Gumilang)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.