Festival Kampung Digelar di Kaki Gunung Sumbing untuk Regenerasi Pelaku Seni
suasana hangat penuh keakraban khas pedesaan, begitu terasa di stadion bola voli desa setempat.
Editor: Sugiyarto
Kasubdit Pembinaan Tenaga Kesenian Ditjen Kebudayaan, Yusmawati, menambahkan ini juga bagian dari upaya saling mendukung kelompok-kelompok kesenian yang sebelumnya tak terjangkau pemerintah.
Selain itu, konsep yang diusung adalah kekerabatan antar kampung.
"Dulu, kalau ada pentas di kampung sebelah, misalnya, kampung-kampung di sekitar turut mendukung, nyengkuyung," katanya.
Koordinator Program Utama Festival Kampung, Very Adrian, gelaran ini sama sekali berbeda dengan Festival Sindoro Sumbing (FSS), meski waktu perhelatannya hampir berbarengan.
Pun, gelaran ini juga tak hendak menyaingi FSS.
"Bagaimana kami mau bersaing, FSS disokong dana begitu besar, sementara kami (pendanaannya) minimal. Namun begitu, Festival Kampung ini kami garap dengan serius dan maksimal," tuturnya.
Dituturkan, gelaran ini merupakan edukasi untuk pelaku kesenian di arus bawah masyarakat.
Ia berharap, ini menjadi pemantik dan menginspirasi kampung-kampung lain untuk terus berkesenian.
"Kami harap, ke depan akan muncul kegiatan-kegiatan serupa di kampung-kampung lain. Semangat dari kegiatan ini adalah gotong royong, guyub rukun migunani," kata alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini.
Disebutkan, selain pementasan di Jragan, masih terdapat dua pementasan lain.
Yakni, di Dusun Logede pada tanggal 17 Juni dan pada 19 Juni di Kecamatan Tologmulyo.
Menurutnya, kegiatan seperti ini merupakan bagian dari upaya untuk memajukan Temanggung.
Nara sumber program dari ISI Yogyakarta, Eliandra, mengatakan gelaran 'Festival Kampung' di Temanggung ini cukup surprise.
Menurut dia, kemeriahan dan anima masyarakat dan pelaku seni dalam gelaran ini sungguh di luar ekspektasi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.