Siswi di Kalbar Mengaku Jadi Budak Seks Oknum Guru, bahkan Video Mesumnya Beredar
Dari informasi dihimpun, terduga pelaku telah memiliki empat istri. Tiga istri muda juga merupakan muridnya di lembaga pendidikannya
Editor: Eko Sutriyanto
"Biasa dia minta duit untuk beli handbody atau saya suruh ambil di kantin. Terus komunikasi juga sering dengan memanggil dia sayang begitu juga sebaliknya," ujarnya.
Sekitar Desember, korban menghubungi dirinya dan mengaku bosan di rumah serta hendak mendatanginya di asrama sekolahan.
Saat itulah dirinya melakukan hubungan badan dengan korban.
"Saya tinggal dirumah dinas guru, hanya saja rumah itu sedang direhab jadi istri dan anak sementara tinggal dirumah orangtua saya. Setiap pulang sekolah saya tidak langsung pulang, menunggu di asrama," katanya.
"Untuk hubungan badan, seingat saya hanya tiga kali, dua kali dibulan desember dan satu kali di awal tahun dan semuanya tanpa ada memaksa kita suka sama suka," lanjutnya.
EY juga mengaku membelikan korban handphone yang kemudian menjadi sarana berkirim foto tak senonoh.
Selang sepekan mengirim foto itu, diakui EY handphone korban hilang di sekolah.
Korban melaporkan itu ke dirinya hingga membuat dirinya cemas dan takut hingga akhirnya informasi soal foto korban menyebar dan akhirnya dirinya ditangkap aparat kepolisian.
"Yang jelas foto itu bukan saya yang sebar. Yang jelas saya menyesal atas kejadian ini, saya juga telah meminta maaf kepada istri saya bahkan saya juga sudah bersujud kepadanya meminta maaf," pungkas EY.
Sekolah Bukan Lagi Tempat Aman
Ketua Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak Daerah (KPPAD) Kabupaten Ketapang, Harlisa menyatakan bahwa saat ini sekolah sudah tidak lagi menjadi tempat yang aman bagi anak.
Hal tersebut disampaikannya saat menanggapi kasus persetubuhan yang dilakukan oleh seorang oknum guru honor terhadap muridnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang.
Harlisa saat dihubungi Tribun, Selasa (12/03/2019) mengaku bahwa tidak ada alasan apapun bagi seorang guru untuk melakukan hubungan apapun terhadap muridnya.
"Kalau dia mengaku sama-sama saling suka, ya tetap tidak dibenarkan sedikit pun hal tersebut terjadi. Apalagi dia kan seorang tenaga pengajar, pendidik yang sudah berkeluarga lagi. Harusnya mengayomi, menjaga dan berikan contoh yang baik," tegas Harlisa kepada Tribun.
Ia pun meminta, agar Pemerintah khususnya di Kecamatan Sandai harus segera mengambil sikap atas kejadian ini. Dirinya menyayangkan kejadian seperti ini terjadi lagi di rentan waktu yang tidak lama.
"Baru saja kemaren ada kasus prostitusi, sekarang ini lagi. Pemerintah Kecamatan nya mana, aparat desa nya kemana? Ini semua terlepas dari peran orangtua yang tentunya tidak boleh lengah dengan kasus seperti ini," tegas Harlisa kembali.
Selain itu, Harlisa khawatir dengan murid-murid lain yang mengetahui kejadian ini. Ia sangat prihatin jika ada siswi yang tidak nyaman ketika berada disekolah. Pedahal menurut Harlisa, lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang harusnya tempat yang paling nyaman dan aman dari hal-hal negatif seperti kasus pelecehan anak.
"Yang saya khawatirkan itu anak ini mau ulangan, terus nantinya harus kembali ke sekolah. Dan juga murid-murid lain yang mengetahui hal ini, mudah-mudahan saja pihak sekolah segera mengambil sikap agar siswa-siswi nya merasa nyaman lagi untuk kesekolah," terangnya.