Puluhan Tahun Mbah Atmo Wiyono Manfaatkan Limbah Kertas Bekas untuk Buat Mainan Tradisional
Mbah Atmo Wiyono merupakan satu dari segelintir perajin mainan tradisional anak di Dusun Pandes, Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul
Editor: Sugiyarto
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Mbah Atmo Wiyono merupakan satu dari segelintir perajin mainan tradisional anak di Dusun Pandes, Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul yang hingga saat ini masih bertahan.
Di rumahnya, perempuan berusia 81 tahun itu membuat macam-macam mainan tradisional.
Mulai dari kitiran, kluntungan, payung-payungan, otok-otok, kurungan, kipas lipat, angkrek hingga wayang.
Baca: SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming Indosiar Persib vs Madura United Liga 1 2019
Semua mainan atau dolanan tradisional terbuat dari bahan kertas.
"Kertas bekas yang sudah tak terpakai," ucap Mbah Wiyono, tangannya meraih satu mainan lalu menunjukkannya.
Kertas bekas itu telah di daur ulang dengan cara dicat sederhana supaya terlihat lebih menarik.
Ada warna kuning, hijau, merah muda dan biru.
Selain kertas, sebagai penunjang, mainan tradisional itu juga dilengkapi dengan potongan bambu.
Cara memainkan dolanan tradisional buatan Mbah Atmo ini sangat sederhana.
Misalkan saja otok-otok, mainan jenis ini hanya diputar-putar dan otomatis akan menghasilkan bunyi "tok-otok-otok".
• Kisah Mbah Atmo Wiyono, Perajin Sekaligus Penjaga Terakhir Dolanan Tradisional Anak dari Bantul
Atau misalnya saja kitiran. Permainan ini dimainkan dengan mengandalkan daya angin.
Mbah Atmo kemudian mengambil satu Kitiran dan mempraktikkan cara memainkannya.
Ia Memegang ujung mainan lalu mulai menggerakkan ke kiri dan ke kanan. Baling-baling kertas berputar. Ia menyunggingkan senyum.
Dua giginya terlihat jelas. Wajahnya berseri seakan membayangkan betapa bahagianya masa kanak-kanak zaman dahulu.