Menangis Saat Diantar ke Sekolah, Jadi Firasat 'Kepergian' Wiko Siswa SMA Taruna Korban Penganiayaan
Sempat terjadi sesuatu yang dirasa aneh ketika orang tua Wiko mengantar anaknya pertama kali masuk asrama SMA Taruna.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Setelah enam hari menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit RK Charitas, Wiko Jerianda (16) akhinya meninggal dunia, Jumat (20/7/2019).
Wiko merupakan siswa tahun ajaran baru di SMA Taruna Indonesia Semi Militer Plus yang diduga menjadi korban kekerasan saat mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS) di sekolahnya.
Diungkapkan Firli Darta, kuasa hukum keluarga Wiko, sempat terjadi sesuatu yang dirasa aneh ketika orang tua Wiko mengantar anaknya pertama kali masuk asrama SMA Taruna Indonesia Semi Militer plus.
Wiko tiba-tiba menangis haru dalam momen perpisahan itu.
Sebab dia akan meninggalkan orang tua dan keluarganya untuk menjalani pendidikan di asrama di sekolah tersebut.
"Biasanya Wiko tidak seperti itu. Tapi entah kenapa, waktu diantar orang tuanya untuk masuk asrama, dia tiba-tiba nangis. Mungkin karena momennya saat itu penuh suasana haru," ujar Firli saat ditemui di rumah duka di Jalan pertahanan Komplek Srimas kecamatan Seberang Ulu II Palembang, Sabtu (20/7/2019).
Peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu (6/7/2019) atau tepat satu minggu sebelum akhirnya Wiko diketahui telah menjalani perawatan intensif di Rumah sakit Karya Asih Charitas Sako.
"Selama di asrama, memang tidak ada komunikasi sama orang luar termasuk orang tuanya. Hp kan tidak dipakai disana. Orang tuanya dapat kabar setelah Wiko masuk rumah sakit," ungkapnya.
Wiko adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Suwito (43) dan Nuraina (41).
Sedari kecil, pemuda yang dikenal ramah itu, memang telah memiliki mimpi untuk menjadi seorang anggota TNI.
Itulah yang menjadi alasan Wiko memilih menempuh pendidikan di SMA Taruna Indonesia Semi Militer Plus.
Dimana, sekolah ini digadang-gadang menerapkan sistem semi militer dalam sistem belajar mengajarnya.
"Berdasarkan cerita dari orang tuanya, anak itu (Wiko) memang sangat ingin jadi tentara. Itu kenapa dia minta sekolah disitu. Bukan karena paksaan atau ajakan dari orang lain. Tapi murni karena keinginannya sendiri," kata Firli.
Bak gayung bersambut, cita-cita Wiko disambut positif oleh kedua orang tuanya.