Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fakta Baru Pembunuhan Kasir Minimarket : Akibat Sandi Ponsel Berubah dan Korban Sudah Hamil 2 Bulan

Berikut fakta pembunuhan kasir minimarket Fera Oktaria, dari akibat sandi ponsel korban yang berubah hingga korban sudah hamil dua bulan.

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Fakta Baru Pembunuhan Kasir Minimarket : Akibat Sandi Ponsel Berubah dan Korban Sudah Hamil 2 Bulan
Tribun Sumsel
Berikut fakta pembunuhan kasir minimarket Fera Oktaria, dari akibat sandi ponsel korban yang berubah hingga korban sudah hamil dua bulan. 

"Terdakwa memakan jeruk dan mengisap rokok di kamar sembari nonton TV."

"Tangan korban ketika itu diletakkan di atas kloset kamar mandi dan sudah dalam keadaan tewas," kata Mayor D Butar Butar.

Jeruk itu dibeli Prada DP di pasar tak jauh dari lokasi penginapan.

Selain jeruk, Prada DP juga membeli gergaji, tas, dan koper.

Gergaji dipakai untuk memutilasi, tapi gagal karena patah.

Sementara koper, rencananya dipakai untuk membungkus jenazah Fera.

"Satu tas dan koper setelah diukur terdakwa, ternyata tidak pas."

Berita Rekomendasi

"Sehingga dia membatalkan memasukkan tubuh korban ke dalam tas dan koper tersebut," ungkap Mayor D Butar Butar.

Suasana Persidangan

Sejumlah saksi dihadirkan dalam sidang perdana kasus pembunuhan Fera Oktaria.

Satu di antaranya kakak Fera, Putra.

Namun saat Putra memberikan keterangan, Prada DP langsung menangis tersedu-sedu.

Letkol CHK Khazim sebagai hakim ketua sempat berulang kali mengingatkan Prada DP untuk tidak menangis di ruang sidang.

Prada DP menangis tersedu-sedu ketika mendengarkan keterangan saksi dalam persidangan yang berlangsung di Pengadilan Militer I-04 Palembang, Kamis (1/8/2019)
Prada DP menangis tersedu-sedu ketika mendengarkan keterangan saksi dalam persidangan yang berlangsung di Pengadilan Militer I-04 Palembang, Kamis (1/8/2019) (Kompas.com/Aji YK Putra)

"Terdakwa kuat, sanggup mengikuti sidang?" tanya hakim.

"Siap sanggup yang mulia," jawab Prada DP.

"Anda tentara, apa yang dirasakan harus kuat. Bawa sapu tangan?" ujar hakim.

"Siap, bawa yang mulia," ungkapnya.

Dalam kesaksiannya, Putra mengaku, Prada DP dikenal sebagai sosok yang temperamental terhadap Fera.

Sifat Prada DP itulah yang membuat keluarga sempat berupaya menjauhkan korban dari pelaku agar hubungan mereka berakhir.

Bahkan, saat Fera hendak dikuliahkan di Bengkulu, Prada DP langsung mendatangi korban dan menyuruhnya pulang.

"Dia selalu melakukan kekerasan terhadap korban," kata Putra dalam sidang.

Selain Putra, kakak Fera, ibunda Prada DP, Lena juga dihadirkan untuk memberi keterangan.

Namun, Lena tidak bersedia memberi keterangan karena takut dan ingin meminta maaf pada keluarga korban.

Ibu dari Prada DP menangis diruang sidang karena menolak memberikan kesaksian, Kamis (1/8/2019).
Ibu dari Prada DP menangis diruang sidang karena menolak memberikan kesaksian, Kamis (1/8/2019). (KOMPAS.com/AJI YK PUTRA)

"Saya takut Pak, saya ingin minta maaf dengan keluarga Fera," ucap Lena sembari menangis.

"Tidak apa-apa, itu hak anda untuk tidak ingin diambil kesaksian. Untuk permohonan maaf akan disampaikan kepada keluarga korban," jawab Letkol CHK Khazim.

Letkol CHK Khazim langsung menanyakan kepada ibunda Fera, Suhartini terkait permohonan maaf yang ingin disampaikan Lena.

"Saya tidak bersedia yang mulia, saya belum sanggup," ungkap Suhartini.

Ibu Fera Oktaria minta Prada DP dihukum mati

Usai sidang, Suhartini (50), ibu dari Fera meminta kepada ketua majelis hakim untuk menjatuhkan hukuman seberat-beratnya.

Ia menganggap terdakwa telah membunuh anaknya secara sadis.

"Saya minta hukuman setimpal, saya minta dia dihukum mati,"ucap Suhartini, dikutip Tribunnews dari Kompas.com.

Dilansir Kompas.com, dalam kesaksiannya di persidangan, Suhartini mengaku jika Prada DP sempat beberapa kali datang ke rumah korban untuk mengajak Fera jalan.

Permintaan itu ditolak korban karena terdakwa sering menganiaya Fera.

"Mak, aku mau putus dari dia, karena aku sering dipukul,"kata Suhartini menirukan perkataan Fera sebelum meninggal saat persidangan.

Bukan hanya itu, saat pelantikan di Lahat sebagai anggota TNI Fera pun enggan menghadirinya meskipun saat itu telah dijemput oleh orangtua terdakwa.

"Pernah waktu itu, anak saya nolak untuk diajak jalan dia marah. Bahkan teralis rumah bunyi seperti benturan. Saya langsung keluar, saya kira Fera dipukul terdakwa. Fera bilang DP memukul kepala sendiri. Sudah sering anak saya bilang dia ini cemburuan sering lakukan kekerasan kepada anak saya," ujarnya.

Suhartini (50) saat berada di kamar almarhum anaknya Vera Oktaria, Rabu (29/5/2019).
Suhartini (50) saat berada di kamar almarhum anaknya Vera Oktaria, Rabu (29/5/2019). (TRIBUNSUMSEL.COM/SHINTA DWI ANGGRAINI)

Sebelum kejadian, keluarga Fera pun telah waspada dengan tingkah laku Prada DP karena mereka mengetahui jika terdakwa kabur dari tempat latihan.

Suhartini pun sempat cemas dengan kondisi Fera yang selalu pulang larut malam karena bekerja sebagai kasir minimarket.

Ia sempat ingin menjemput anaknya tersebut usai bekerja.

"Kami tahu dia kabur dari tempat latihan setelah komandannya menelpon kakak Fera. Dari sana kami mulai curiga dan bilang kepada Fera untuk hati-hati karena dia ini buronan, anak saya bilang tidak apa-apa tidak usah dijemput pulang sendiri saja," ujar Suhartini.

Namun, Suhartini begitu cemas mengetahui Fera tak kunjung pulang ke rumah tanpa kabar.

Pihak keluarga pun akhirnya melakukan pencarian dan membuat laporan ke Polresta Palembang sampai Fera ditemukan dalam kondisi termutilasi di salah satu kamar penginapan di Kabupaten Musi Banyuasin.

"Dia harapan keluarga dan anak bungsu kami. Saya merasa sakit, Pak,"ujarnya.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri A/Sri Juliati/Kompas.com/Aji YK Putra/Tribun Sumsel)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas