Ubur-ubur Serbu Pantai di Sungai Pinang Pesisir Selatan, Bikin Nelayan Enggan Melaut
Akibat ubur-ubur ini ia berhenti menjaring ikan dan bila dipaksakan, ubur-ubur ikut tarjaring sehingga jala menjadi sangat berat
Editor: Eko Sutriyanto
"Dahulu semua pantai, namun di tempat lain sudah tidak ada lagi. Namun, di sini tidak dapat habis," katanya.
Ia mengatakan untuk memenuhi kebutuhan setiap harinya agar dapurnya tetap berasap, ia harus beralih dan memutar otaknya dari nelayan ke petani.
"Kalau musim ubur-ubur ini penghasilan kami jadi nol," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa masyarakat Nagari Sungai Pinang menyebutnya dengan 'Bu bu'.
"Apalagi jika dipaksakan untuk melaut, kami harus berhadapan dengan ubur-ubur, dan kami menjadi gatal-gatal dibuatnya," katanya.
Baca: Pertamina Bayar Rp 250 Ribu Perhari Bagi Nelayan yang Bantu Angkat Tumpahan Minyak di Karawang
Hal yang sama dikatakan oleh Herman Tanjung (50), seorang nelayan mengatakan bahwa saat ini sudah sekitar empat bulan.
"Sejak bulan April, sudah ada empat bulan. Biasanya sebulan, dalam setahun. Namun, saat sudah terlalu lama," katanya.
Ia menjelaskan ubur-ubur ini juga terlihat Mandeh, Sungai Nyalo, Sungai Pinang.
"Paling banyak ubur-ubur itu ada di Mandeh, karena disana airnya tenang. Dan, ubur-ubur suka ditempat yang tenang," katanya.
Ia juga mengatakan kalau pada saat melaut pada malam hari, ubur-ubur tersebut mengikuti kapal karena ada cahaya.
"Kalau dipaksakan ia masuk ke jaring, dan kita gatal-gatal dibuatnya. Ubur-ubur itu ada beberapa macam waenanya, dari putih, biru, dan merah," katanya.
Respon DKP Sumbar
Ubur-ubur terdampar di bibir pantai Sungai Pinang, Nagari Sungai Pinang, Kecamatan Koto XI, Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) terbilang fenomena langka.
Sejauh ini hal tersebut diduga bisa terjadi akibat perubahan suhu yang menjadi lebih hangat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.