Guru Humoris itu Pergi untuk Selamanya, Uang Saku untuk Putra Bungsu Diduga Hilang saat Kecelakaan
Bambang Pudi Astomo guru SMPN 35 Palembang meninggal di tengah perjalanan saat hendak mengantar uang dan keperluan kuliah untuk putra bungsunya
Editor: Yudie Thirzano
Meskipun begitu, Sri juga menyerahkan sepenuhnya kelanjutan peristiwa kecelakaan tersebut pada pihak kepolisian.
"Tapi untuk penahanan atau yang lain ke pelaku, hal itu kembali lagi ke pihak kepolisian. Saya serahkan pada mereka," ujarnya.
Keluarga korban tampak tabah dan mengikuti proses pemakaman hingga selesai.
Uang Saku Hilang saat Kecelakaan
Sementara itu Misbach Hilal, putra bungsu korban mengaku sedih tidak sempat berjumpa sang ayah sebelum peristiwa naas tersebut.
"Sebelum papa mau antar uang dan pakaian ke kampus (Universitas Sriwijaya) di Indralaya, saya coba hubungi, tapi papa tidak angkat (telepon)," kata Misbach Hilal saat dijumpai di kediamannya di Jalan Banten 4 Lorong Rukun Nomor 19 RT 32, Plaju, usai pemakaman.
Hari ketika kecelakaan itu terjadi, sekitar pukul 13.00 Misbach Hilal menghubungi ayahnya namun tidak ada jawaban.
Sekitar pukul 16.00, ia baru mengetahui ayahnya meninggal setelah mendatangi Puskesmas Indralaya.
"Saya lagi kerjakan tugas, lalu dipanggil mama disuruh ke apartemen mahasiswa. Lalu saya sama mama ke Puskesmas Indralaya. Di situ saya lihat papa dimasukkan ke mobil ambulan," kata mahasiswa semester 1 jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya (Unsri) itu.
Sebelum meninggal dunia, korban kecelakaan di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) pada Selasa (3/9/2019) lalu, Bambang Pudi Astomo, sempat menitip pesan pada putra bungsunya itu.
"Papa bilang saya harus semangat dan rajin belajar. Itu selalu papa sampaikan pada saya," ujar Misbach Hilal Afif.
Misbach merupakan mahasiswa semester 1 jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya (Unsri).
Ia menuturkan, sang ayah biasa mengantar keperluan kuliah ke Indralaya.
"Papa biasa kasih uang, pakaian, keperluan saya di apartemen mahasiswa (Unsri). Kadang seminggu sekali, kadang beberapa hari sekali, tidak tentu," kata remaja 18 tahun tersebut.
Uang jajan yang Bambang bawa untuk putra bungsunya Misbach Hilal tak genap Rp 2 juta.
Tapi, sampai mayatnya dibawa ke Puskesmas Indralaya, uang jajan untuk anaknya yang Bambang bawa hilang.
Sri pun tak tahu ke mana uang yang dibawa almarhum suaminya itu.
"Walau uangnya tidak banyak, tapi kami ingin tahu kejelasan uang itu ada dimana," ujar Sri.
"Saat itu bapak belum ketemu sama anak saya. Kecelakaannya sebelum sampai di Indralaya," imbuh Sri.
Baru sebulan kuliah, Misbach Hilal belum memegang ATM, begitu juga mahasiswa lain.
"Saya dan bapak yang sering antar uang ke Indralaya. Gantian kami ke sana," ungkap ibu dua anak ini.
Sudah sering Sri melarang Bambang pergi ke Indralaya mengendarai sepeda motor.
Tak sekali dua ia menyarankan Bambang untuk naik angkutan kota atau travel.
Permintaan Sri selalu Bambang tolak, alasannya terlalu lama menunggu travel atau angkot yang lewat.
Artikel ini bersumber dari Tribunsumsel.com dengan judul Sosok Bambang Pudi Astomo Guru SMPN 35 Palembang Tewas Kecelakaan, Suka Melawak dan Jarang Marah Penulis: Shinta Dwi Anggraini