Mbah Pani Jalani Ritual Dikubur Hidup-hidup selama 4 Hari, Begini Kondisinya setelah Makam Dibongkar
Setelah menjalani ritual topo pendem sejak Senin (16/9/2019) seusai maghrib, Mbah Pani akhirnya dikeluarkan dari liang kubur.
Penulis: Miftah Salis
Editor: Tiara Shelavie
Hal ini disampaikan oleh anak angkat Mbah Pani, Suyono.
"Topo pendem seperti ini sudah dilakukan beliau sebanyak sembilan kali. Dan hari ini adalah yang ke-10," katanya, Senin (16/9/2019).
Dari keterangan warga, ritual terakhir yang dilakukan oleh Mbah Pani yakni pada tahun 2001.
Prosesi topo pendem
Prosesi topo pendem dilakukan setiap bulan Suro.
Sama halnya dengan prosesi pengurusan jenazah, Supani menggunakan kain kafan.
Tak hanya itu, disiapkan pula peti yang akan digunakan untuk tubuh Supani, bunga-bunga dan beberapa perlengkapan lain.
Supani akan dikubur hidup-hidup dalam liang kubur berkuruan 2 meter x 1,5 meter dengan kedalaman sekitar 3 meter.
Peti dimasukkan ke dalam liang kubur tersebut.
Ada pula bantal dari tanah.
Namun, prosesi yang disebut sakral itu tak boleh disaksikan oleh banyak orang.
Hanya keluarga dan tokoh masyarakat setempat yang diperkenanankan masuk.
Yang berbeda dari ritual penguburannya adalah tidak dilakukan azan.
Dikatakan Sutoyo, dari cerita Supani, azan dilakukan untuk orang yang meninggal dunia.
"Tapi tidak diazani. Karena menurut pesan dari Pak Pani, kalau azan itu ritual pelaksanaan orang meninggal dunia," katanya.
Ada pula pipa untuk saluran pernapasan yang menghubungkan Mbah Pani dari dalam kubur ke permukaan tanah.
(Tribunnews.con/Miftah, Tribun Jateng/Mazka Hauzan Naufal)