Tukang Ojek di Wamena Berpenghasilan Rp 400 Ribu per Hari, Trauma dan Ingin Kembali Jadi Nelayan
Komandan Skadron 32 Letkol Pnb Suryo Anggoro mengatakan masih ada ribuan pengungsi yang berada di Wamena
Editor: Eko Sutriyanto
Gelang dan cincin emas yang Siati pakai dirampas.
Baca: Wali Kota Jayapura Papua Pastikan Keamanan Pengungsi Wamena di Wilayahnya
Pun uang seadanya yang ia kantongi.
“Lalu saya lari, saya diselamatkan orang Wamena. Lalu diantar ke rumah orang. Mungkin seperti kepala desa. Saya tinggal di sana,” ucap Siati.
Pengungsi lain, Nurasin (40) harus terkatung-katung selama dua hari sejak kerusuhan pecah.
Dia berjalan menyusuri hutan sebelum akhirnya berlindung di markas Kodim Wamena.
“Saya menangis setiap malam. Istri saya diujung telpon juga menangis. Meminta saya untuk pulang,” kata Nurasin.
Nurasin adalah warga Kecamatan Nguling yang mengadu nasib ke Papua.
Di sana, ia bekerja sebagai tukang ojek.
Baca: Selain Hercules, Warga yang Hendak Tinggalkan Wamena Difasilitasi Kapal Laut
Setiap hari, Rp 400 ribu berhasil dibawanya pulang untuk kemudian dikirimkan kepada keluarga.
“Saya punya dua anak. Tapi mereka semua ada di Pasuruan,” ucapnya.
Nurasin mengaku tak ingin kembali ke Papua.
Ia memilih meneruskan pekerjaanya sebagai nelayan yang ditekuni sebelum ia merantau.
“Trauma mbak. Jadi nelayan saja ndak apa-apa,” tutup Nurasin.
Ribuan Perantau Masih Terjebak di Wamena