Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Usai Jadi Tersangka Pembunuhan Ayah Kandung, Kondisi Bahar Mario Memprihatin di Dalam Penjara

Nasib miris menimpa Bahar Mario, anak juragan kopi Jember usai membunuh ayahnya, Surono dan menyeret ibunya

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Usai Jadi Tersangka Pembunuhan Ayah Kandung, Kondisi Bahar Mario Memprihatin di Dalam Penjara
Surya/Sri Wahyunik
Bahar Mario (25), tersangka pembunuh ayah kandungnya, Surono yang jasadnya dicor di musala rumahnya terungkap. 

Hasil panen kopi terbilang banyak setiap tahun. Dari penuturan pihak kepolisian, hasil panen kopi Surono dan istrinya per tahun mencapai Rp 90 - Rp 100 juta.

"Akhir-akhir ini kan dia sukses. Tetapi setelah sukses, dia itu suka jalan sendiri. Tidak ajak-ajak saya. Bahkan lebih sering pergi, atau makan di luar. Biasanya pergi siang, pulang ke rumah itu malam antara jam 10 malam sampai jam 1 malam," tutur Busani.

Hal itu berjalan beberapa bulan terakhir sebelum Surono dihabisi sang anak.

Busani mengaku sempat menegur suaminya perihal perilakunya itu. 'Tetapi dia marah-marah, bahkan sampai bilang tidak usah tanya-tanya karena bukan urusannya," kata Busani.

3. Pisah Ranjang

Sampai akhirnya, pasangan suami istri itu juga tinggal terpisah meskipun masih berada dalam satu bangunan.

Sebagai gambaran, rumah Surono memiliki dua bangunan utama dengan dua pintu masuk yang bergandengan tembok.

Berita Rekomendasi

Surono tinggal di rumah bagian barat, sedangkan Busani tinggal di bangunan bagian timur.

Busani pun menyelidiki perilaku suaminya.

"Saya selidiki, kata beberapa orang yang bekerja di ladang itu, kalau dia punya pacar. Saya pun bertanya kepadanya. Dia malah meminta saya nyari suami lain. Selalu begitu jawaban dia kalau marah," imbuhnya.

Sebelum Surono tewas, lelaki itu sempat bekerja selama empat bulan di Bali. Setelahnya, dia kembali lagi ke desanya.

Busani mengatakan, sikap Surono tetap tidak berubah. Dia tidak menganggap dirinya sebagai istri.

Hal itu ditambah dengan kecilnya hasil kebun kopi yang diberikan kepada Busani.

4. Curhat dan Panas-panasi Anak

Sekitar bulan Maret lalu, atau beberapa pekan sebelum Surono tewas, Busani 'curhat' kepada anaknya, Bahar.

Curhat itu antara lain perihal ketidaksukaan Surono kepada istri Bahar. "Saya bilang kalau bapaknya tidak suka sama menantu, atau istrinya Bahar," tuturnya.

Selain cerita itu, Busani juga menuturkan kalau dirinya dipukul oleh sang suami. Pemukulan dilakukan memakai sandal di bagian lengan atas kanan.

"Saya cerita kalau saya habis dipukul sampai lebam. Dipukul pakai sandal. Mendengar cerita saya, Bahar langsung bilang 'lek ngono, tak pateni ae (kalau begitu aku bunuh saja)'," kata Busani sambil menirukan ucapan anaknya ketika itu.

Mendengar perkataan anaknya, Busani pun tidak melarangnya. Dia malah bilang 'terserah' dan 'ikhlas'. "Saya bilang, 'saya ikhlas' dan 'terserah kamu'," tuturnya.

Menurutnya, keinginan membunuh Surono berasal dari Bahar.

Namun dia mengakui tidak melarangnya.

5. Detik-detik Surono Dibunuh

Akhirnya pada suatu malam di akhir Maret 2019, Bahar menelepon dirinya. Dia menuturkan sedang dalam perjalanan dari Bali untuk pulang ke rumahnya.

Bahar tiba di rumah itu sekitar pukul 23.00 Wib. Busani menceritakan lagi, Bahar bertanya kepada dirinya apakah ayahnya sudah tidur. Dia pun menjawab kalau Surono tidur di kamar rumah barat.

Bahar pun meminta palu. "Dia minta pethil (palu). Saya kasih, tapi katanya terlalu kecil," imbuhnya.

Dia tidak mau memakai palu itu. Busani kemudian menyuruh Bahar untuk mencari benda yang diperlukannya. Bahar pun mendapatkan linggis berukuran panjang sekitar 65 centimeter, diameter 4 centimeter, dan berat 10 Kg.

Memakai linggis itu, Bahar menghabisi nyawa sang ayah saat tidur. Dia memukul bagian wajah ayahnya.

Saat pembunuhan terjadi, Busani mengaku panik dan gemetar.

Dia pun memilih lari ke sungai yang berada di belakang rumahnya. Dia berada di sungai itu sekitar 1,5 jam. Dia kembali ketika suasana sudah sepi.

"Saya gemetar, dan panik. Saya berlari ke sungai, dan berdiam di sana sekitar 1,5 jam. Saya kembali ketika sudah sepi. Saya mendengar suara kaki mondar-mandir," ujar Busani.

Penuturan ini sedikit berbeda dengan yang didapatkan Surya dari pihak polisi.

Dari keterangan polisi, Busani sempat membantu membawa tubuh Surono ke bagian belakang rumahnya, yang menjadi lokasi penguburan.

Namun saat membantu itu, dia tidak kuat akhirnya melepaskan kaki sang suami yang digotongnya.

Melihat itu, anaknya meminta Busani tidak usah membantu menggotong jasad ayahnya.

Kembali ke cerita Busani, setelah mendengar suara kaki mondar-mandir, dia pun mengetahui kalau anaknya hendak mengubur jasad sang ayah.

Bahar juga meminta cangkul untuk memendang tubuh ayahnya. Bahar juga menimbun lubang penguburan ayahnya memakai semen dicampur air.

Setelah selesai, Busani lantas meminta anaknya untuk membersihkan diri ke sungai.

Bahar juga membuang celananya ke sungai. Setelah bersih, dia berganti celana. Dia pun memakai baju dan jaket milik ayahnya.

Bahar lantas mencari uang milik ayahnya. Dia mendapatkan uang tunai Rp 6 juta. "Uang itu katanya untuk sangu pulang ke Bali," ujar Busani.

Sebelum pergi meninggalkan rumah itu, kata Busani, Bahar sempat minta maaf kepadanya. Bahar menyebut dirinya anak durhaka.

Busani pun menjawab pendek 'tidak apa-apa, tapi jangan diulangi'.

Bahar juga mewanti-wanti supaya Busani tidak menceritakan peristiwa malam itu kepada siapapun.

Bahar juga mengancam akan membunuh ibunya juga kalau sampai cerita ke orang lain.

Setelah mengantarkan ibunya ke rumah sang nenek yang tidak jauh dari rumahnya, Bahar pergi memakai sepeda motor ayahnya. Dia juga mengantongi STNK sepeda motor itu.

Sebagai catatan, dari keterangan polisi, Busani beberapa kali memberikan keterangan yang berubah saat dimintai keterangan.

Tetapi polisi berkeyakinan jika Busani lah saksi kunci tewasnya Surono.

Sejak awal kasus ini terungkap, polisi menduga Busani mengetahui apa yang terjadi pada suaminya. Karenanya, dari perempuan itu juga polisi menguak misteri tewasnya Surono.

Seperti diberitakan sebelumnya, Surono ditemukan terkubur di bawah musala di dapur rumahnya.

Penggalian kubur Surono dilakukan Senin (4/11/2019). Polisi menemukan jasad Surono, bersama barang bukti linggis. Linggis berada tepat di bawah jasad Surono.

Dari situlah polisi mencurigai jika Surono tewas karena dibunuh. Pada Kamis (7/11/2019), polisi menetapkan tersangka pembunuhan Surono, yakni Bahar Mario dan Busani, anak dan istrinya. (Sri Wahyunik)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Nasib Miris Anak Juragan Kopi Jember seusai Bunuh Ayah & Seret Ibunya ke Penjara, Butuh Psikiater

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas