Kelompok Gay Dominasi Kasus HIV di Pekanbaru
LSL adalah satu kelompok beresiko dalam Kasus HIV di Riau, khususnya Pekanbaru yang terjadi dari Januari hingga Oktober 2019.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU -- Keberadaan kelompok Gay mengundang perhatian lantaran kebanyakan Kasus HIV di Riau.
Untuk Kota Pekanbaru, Kasus HIV di Riau ini didominasi oleh kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL).
LSL adalah satu kelompok beresiko dalam Kasus HIV di Riau, khususnya Pekanbaru yang terjadi dari Januari hingga Oktober 2019.
Jumlah Kasus HIV di Riau, khususnya Pekanbaru dari kelompok LSL mencapai 135 kasus dari total 237 kasus HIV selama sepuluh bulan di tahun 2019.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, kasus HIV dari kelompok lain-lain menempati urutan dua yakni 32 kasus.
Kelompok lain-lain adalah kelompok di luar kelompok beresiko lainnya seperti wanita pekerja seks, waria, pelanggan pekerja seks, ibu hamil dan pasien TB.
Baca: DI Kalbar Ditemukan 327 ODHA Tersebar di 10 Kabupaten/Kota
Baca: KPK Sita Dokumen Proyek Jalan Batu Panjang-Pangkalan Nyirih dari Rumah Bupati Bengkalis
Baca: Hari HIV/AIDS Sedunia, Penanganan Diperkuat di Daerah
Kelompok beresiko ketiga yakni pelanggan pekerja seks sebanyak 26 kasus.
Wakil Walikota Pekanbaru, Ayat Cahyadi menilai perlu ada peran orangtua dalam mencegah munculnya kelompok gay di Pekanbaru.
Apalagi banyak dari anggota kelompok gay mengidap HIV.
"Jadi perlu perlu peran dari keluarga, jangan sampai terjerumus," paparnya, Rabu (27/11/2019).
Politisi PKS menilai pola pendidikan anak sangat penting.
Anak lelaki harus dapat pendidik sebagai sosok maskulin.
Sedangkan perempuan dapat pendidikan agar menjadi sosok layaknya perempuan.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Pekanbaru, Hasan Suprianto mengatakan bahwa KPA saat fokus pada pembinaan keluarga.
Sebab banyak perilaku beresiko berawal dari keluarga. Maka ketahanan keluarga menjadi penting.
"KPA pun mendorong ketahanan keluarga dengan penerapan nilai-nilai agama," jelasnya.
Hasan menyebut bahwa proses pendekatan kelompok rentan saat ini dilakukan oleh LSM. "Kalau sekarang pencerahan ke mereka dilakukan oleh LSM," paparnya.
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mengaku sulit mendeteksi gay pengidap HIV/AIDS di Kota Pekanbaru.
Mereka menilai kesadaran sejumlah gay yang merupakan LSL masih minim untuk memeriksakan kondisi kesehatannya
Banyak dari LSL enggan akses pengobatan bagi pengidap HIV/AIDS. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tidak menampik laporan perihal LSL yang tertular HIV/AIDS masih minim.
"Keberadaan LSL sulit terdeteksi karena enggan datang ke layanan kesehatan seperti," papar Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Muhammad Amin terpisah.
Ia menyebut bahwa pengidap HIV/AIDS dengan penularan lain. Mereka cendrung mendatangi layanan kesehatan yang ada di Pekanbaru.
Keberadaannya pun lebih mudah terdeteksi. Apalagi Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru juga sudah melakukan validasi data HIV/AIDS hingga Oktober 2019 lalu. (*)
BREAKING NEWS: Kasus HIV di Riau, Kelompok Gay Mendominasi Kasus HIV di Pekanbaru