Bandara YIA Hadir, Angka Kemiskinan di Temon Turun Drastis, Terendah di Kulonprogo
Kecamatan Temon beserta beberapa desanya kini beranjak menjadi wilayah dengan tingkat kemiskinan paling rendah di Kulon Progo.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, KULON PROGO - Kecamatan Temon beserta beberapa desanya kini beranjak menjadi wilayah dengan tingkat kemiskinan paling rendah di Kulon Progo.
Hal ini disinyalir sebagai imbas positif dari adanya pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di wilayah tersebut.
Berdasar data Kementerian Sosial maupuun Badan Pusat Statistik (BPS), Pemerintah Kabupaten Kulon Progo mencatat ada lima desa di Temon yang tingkat kemiskinannya terhitung paling kecil dari 88 desa/kelurahan di Kulon Progo.
Kelimanya merupakan desa-desa yang bersinggungan atau berdekatan langsung dengan area Bandara YIA.
Hal ini menjadikan Temon di peringkat pertama di antara 12 kecamatan di Kulon Progo, baik untuk potret kemiskinan maupun percepatan penurunannya dibanding 2017.
"Analisa kita, ini karena pengaruh ada bandara YIA. Sebagian warga mendapat ganti rugi (dari pembebasan lahan) lalu lainnya mendapat multiplier effect sejak adanya pembangunan bandara di 2017. Warga bekerja di bandara lalu lainnya punya usaha," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kulon Progo, Agus Langgeng Basuki, Senin (2/12/2019).
Penurunan angka kemiskinan secara signifikan di desa-desa tersebut dalam dua tahun terakhir lalu diganjar dengan penghargaan dari Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kulon Progo, beberapa waktu lalu.
Kecamatan Temon dalam penghargaan itu didapuk sebagai kecamatan dengan persentase penduduk miskin terendah sebesar 6,38% dan laju penurunan penduduk miskin tertinggi sebesar 6,37%.
Adapun Desa Temon Kulon sebagai desa dengan persentase penduduk miskin terendah sebesar 0,83% dan Desa Janten sebagai desa dengan laju penurunan penduduk miskin tertinggi sebesar 16,37%.
Langgeng mengatakan, di samping karena ada sebagian masyarakat memperoleh ganti rugi dari pembebasan lahan, sebagian lainnya mendapatkan multiplier effect sejak pembangunan fisik bandara dimulai pada 2017.
Pihaknya juga akan mengupayakan angka gini rasio di Kulon Progo yang kini masih di level 0,34 persen ke depan bisa ditekan hingga di bawah 0,3 persen sebagaimana ditargetkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kulon Progo sampai 2022.
"Percepatan peningkatakan pendapatan masyarakat kelompok rendah diprioritaskan sekaligus tanpa menolak masuknya arus investasi. Kita arahkan supaya nanti ada kolaborasi antara pertumbuhan ekonomi lokal dengan investasi. Zona kita tata sedemikian rupa," kata Langgeng.
Pihaknya juga berharap kondisi rendahnya angka kemiskinan di Temon itu terus berlanjut mengingat angka kemiskinan masyarakat di Kulon Progo terhitung masih paling tinggi di antara kabupaten/kota di DIY.
Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DIY, Kulon Progo setidaknya harus bekerja keras menurunkan angka kemiskinan dari 18,3 persen menjadi 8,85 persen.
Artinya, rata-rata penurunan angka kemiskinan Kulon Progo kini naik jadi 2,5 persen per tahun dari sebelumnya hanya satu persen.
Langgeng menilai target angka penurunan kemiskinan ini masih realitistis karena pada kurun waktu 2018-2019 angka kemiskinan Kulon Progo menurut data Pemerintah DIY telah mampu menyentuh angka dua persen.
"Selama ini tren penurunannya paling tinggi hanya di atas 1 persen tapi dari 2018 ke 2019 itu menurut Pemerintah DIY bisa turun 2 persen lebih sedikit,"kata Langgeng.