Keluarga Pelaku Penembakan Minta Maaf, Tenyata Belum Ada Transaksi Jual Beli Tanah Rp 600 Juta
Keluarga pelaku penembakan menyatakan telah salah menyampaikan statement terkait jual-beli tanah senilai Rp 600 juta yang tak dibayar.
Editor: Dewi Agustina
Namun pada Selasa dan Rabu suasana sepi.
"Tidak lihat, kemarin saya gak jual," ujar seorang pedagang.
Di TKP juga tidak ada tanda-tanda masyarakat menggelar upacara.
Menurut para pedagang hal itu dikarenakan tak ada darah yang berceceran di areal TKP.
Dipicu Rp 600 Juta
Terpisah, anak pelaku penembakan, I Wayan Suantana (20), mengatakan tindakan yang dilakukan ayahnya dipicu uang Rp 600 juta hasil jual beli tanah.
Korban sebagai perantara jual beli tanah dinilai tidak bertanggung jawab.
Dituturkan, masalah ini terjadi empat tahun lalu.
Saat itu, pelaku punya saudara yang ingin menjual tanahnya.
Baca: Ketut Anom Tembak Ketut Tantra Gara-gara Uang Komisi Tak Dibayar
Baca: TRIBUNNEWSWIKI - Mengenal Denpasar, Ibu Kota Provinsi Bali
Dia lalu menjual tanah dengan cara meminta tolong korban, karena punya bos (teman) yang suka beli tanah.
Namun sejak empat tahun hingga saat ini, uang penjualan tanah sebesar Rp 600 juta tidak kunjung dibayar.
Setiap ditagih, korban selalu mengelak.
"Dia memang sebagai perantara, tapi kan harus ada tanggung jawabnya juga. Setiap ditemui, dia selalu meminta untuk menagih uang itu pada bosnya (si pembeli tanah)," ujarnya saat ditemui di rumahnya di Banjar Tegaltamu, Desa Batubulan, kemarin.
Suantana mengungkapkan, insiden penembakan itu tidak direncanakan.
Pistol itu dibeli ayahnya melalui online, lengkap dengan sertifikat dengan tujuan berjaga-jaga.
Sebab ayahnya yang bekerja sebagai makelar kerap menarik uang tunai dengan jumlah banyak.
"Sebelum kejadian, bapak habis narik uang, pistol dibawa untuk jaga-jaga. Dan, pistol itu tidak ilegal, tapi sudah bersertifikat," ujarnya.
Baca: Pria Asal Sukawati Ini Tembak Temannya Secara Membabi Buta di Areal Pura Puseh
Baca: Tak Nyalakan Lampu Sein, Sekdes di Gianyar Tewas Tertabrak Motor Buruh Proyek
Seusai menarik uang, lanjutnya, ayahnya langsung ke parkiran Pura Puseh untuk makan di warung yang ada di sana.
Namun secara kebetulan, ia bertemu dengan Ketut Tantra, dan insiden penembakan pun terjadi.
"Saya memaklumi bapak seperti itu. Lain masalahnya kalau bapak menembak orang yang tidak ada salah apa-apa. Ayah saya berusaha memperjuangkan uang yang tidak dibayar sejak empat tahun lalu, jumlahnya besar Rp 600 juta. Bagaimana pun, kalau jadi perantara harus ikut tanggung jawab. Kalau gak mau tanggung jawab, untuk apa ngambil kerjaan seperti itu," kata Suantana.
Sering Ditantang Berkelahi
Korban penembakan air softgun, I Ketut Tantra (58), telah berada di rumahnya di Banjar Negari, Desa Singapadu Tengah, Sukawati, Gianyar, Rabu (11/12/2019).
Bak memiliki kekuatan 'Sang Bima', Tantra tak terlihat kesakitan, meskipun punggung dan lengannya tertempak tiga peluru.
"Saat ini hanya terasa seperti kesemutan, tapi kalau disentuh baru sakit, makanya sekarang agak kesulitan kalau mau tidur," ujarnya sembari duduk di teras bale dangin rumahnya.
Kepada Tribun Bali, pria murah senyum ini mengatakan dirinya tak kenal dengan Ketut Anom, orang yang menembaknya.
"Cuma kenal muka, kalau akrab tidak. Tapi sejak awal bulan ini, dia sering tantang saya berkelahi. Saya tak pernah ladeni karena sama-sama sudah berumur, gak pantas lah berkelahi," katanya.
Tantangan berkelahi itu diduga karena jual beli tanah antara teman pelaku dan teman Tantra.
Menurut Tantra, belum lama ini, ada seorang warga Banjar Tegaltamu, Desa Batubulan, yang meminta bantuannya untuk menjual tanahnya pada temannya.
Ia pun menyanggupinya.
Namun Tantra mengatakan tak ikut campur terkait proses jual belinya.
"Berapa luas, harga, serta bagaimana pembayarannya, apakah sudah lunas atau bagaimana, saya sendiri tidak tahu. Tapi kok saya yang dimusuhi, apalagi yang melakukan ini bukan orang yang jual tanah. Saya sendiri bingung dengan keadaan ini. Kalau memang marah karena tanah belum dibayar, harusnya ke pembeli dong, tapi kok saya yang dijadikan sasaran," terangnya.
Masih segar di ingatan Tantra, saat hendak membeli bubur di parkiran Pura Puseh, tanpa ada tanda-tanda, tiba-tiba ia ditembak dari arah belakang.
"Waktu saya berbalik, saya tanya kenapa saya ditembak? Dia lalu menantang saya berkelahi," tuturnya.
Tantra mengaku tidak gentar saat pelaku menembaknya secara membabi buta.
Dia pun sempat mendekati pelaku, dan berusaha meladeni tantangan untuk berkelahi meskipun tiga peluru telah melukainya.
Namun saat didekati, pelaku justru kabur.
"Saya tidak takut mati, tapi saat didekati dia justru kabur," ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Keluarga Pelaku Penembakan Brutal di Areal Pura Puseh Gianyar Minta Maaf,Ini Yang Sebenarnya Terjadi
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.