Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Obati Pasien Sakit Bisul, Perawat Asal Lampung Jumraini Harus Bayar Rp 20 Juta

Perawat Jumraini obati pasien sakit bisul yang kemudian meninggal dunia divonis bersalah di Pengadilan Negeri Kotabumi, Lampung Utara.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Obati Pasien Sakit Bisul, Perawat Asal Lampung Jumraini Harus Bayar Rp 20 Juta
Tribunlampung.co.id/Anung Bayuardi
Para perawat memasang karangan bunga berisi ucapan duka terhadap penahanan Jumraini, Kamis (3/10/2019). Kisah Jumraini, Perawat Hamil Dipenjara di Lampung Utara Setelah Obati Pasien Tertusuk Paku. 
TRIBUNNEWS.COM - Perawat Jumraini obati pasien sakit bisul yang kemudian meninggal dunia divonis bersalah di Pengadilan Negeri Kotabumi, Lampung Utara.
Kasus perawat asal Lampung Utara, Jumraini, sempat membuat heboh karena rekan sesama perawat melakukan aksi demonstrasi membelanya.
Jumraini dinyatakan bersalah karena melakukan tindak pidana praktik tanpa memiliki izin praktik.
Kasus Jumraini berawal dari peristiwa mengobati orang yang sakit bisul kemudian meninggal dunia.
Berikut 5 Fakta kasus perawat Jumraini.
1. Diputuskan Harus Bayar Denda Rp 20 Juta.
Jumraini diputuskan bersalah dan harus membayar Denda Rp 20 juta.
Hukuman Denda tersebut menjadi putusan majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Kotabumi pada Kamis (19/12/2019).
 
 
Apabila Denda tidak dibayar, hukuman diganti dengan kurungan penjara selama enam bulan.
Majelis hakim juga membebankan biaya perkara sebesar Rp 5 ribu.
Sidang dipimpin Eva MT Pasaribu.
Adapun, anggota majelis hakim Rika Emilia dan Suhadi Putra Wijaya.
Eva menyatakan, Jumraini terbukti secara sah bersalah melakukan tindak pidana praktik tanpa memiliki izin sebagaimana tertuang dalam pasal 86 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan.
"Ini sesuai dengan dakwaan kedua jaksa penuntut umum," katanya.

2. Jumraini Masih Pikir-pikir

Terhadap putusan tersebut, perawat asal Lampung Utara itu menyatakan masih pikir-pikir.

Hal serupa disampaikan jaksa penuntut umum, Budiawan.
Eva mengatakan, dalam kasus tersebut, belum ada keputusan hukum tetap atau inkrah.
Diketahui, Jumraini didakwa karena dianggap lalai melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap korban Alex hingga menyebabkan meninggal dunia.
3. Ketua PPNI Hormati Putusan Sidang
Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Provinsi Lampung, Dedi Afrizal mengaku menghormati keputusan majelis hakim PN Kotabumi dan Fakta persidangan yang ada.
Dedi pun menyerahkan sepenuhnya keputusan akhir kepada Jumraini, yang masih berpikir terhadap keputusan majelis hakim.
Ia mengaku khawatir karena awalnya Jumraini didakwa pasal 84 Undang-Undang Kesehatan dengan dugaan malapraktik.
"Tetapi Alhamdullilah, tuntutan tidak terpenuhi," katanya.
Dedi mengatakan, berdasarkan hasil persidangan terhadap kasus perawat asal Lampung Utara, suatu pelajaran yang berharga dapat dipetik.
Di mana ketika akan adanya niat menolong seseorang, hal itu harus juga dipenuhi persyaratan dalam suatu aturan.
"Jadi ke depannya, kami ingin memperbaiki apa yang sudah jadi pelajaran dari Jumraini ini."
"Adanya surat izin praktik mandiri harus dimiliki oleh seorang perawat," ujarnya.
"Mengenai keputusan terhadap Jumraini, kami masih menunggu beberapa hari ke depan."
"Kemudian sebagai bentuk solidaritas, jika memang akan membayarkan Denda, maka kami akan gotong royong membayarkan Denda tersebut."
"Ini bentuk solidaritas dari PPNI atas Jumraini," katanya.
4. Jumraini Menangis 2 Kali
Pada sidang putusan tersebut, Jumraini menangis hingga dua kali.
Jumraini menangis ketika sidang baru akan dimulai.
Kala itu, perempuan berjilbab oranye itu sedang duduk di bangku.
Kemudian, orangtuanya tiba-tiba datang.
Jumraini pun langsung menangis kencang.
Sampai-sampai, Ketua PPNI Provinsi Lampung Dedi Afrizal hingga rekannya sesama perawat ikut menenangkan Jumraini.
Jumraini kembali menangis ketika keluar dari ruang sidang setelah pembacaan vonis selesai.
Ia pun dituntun rekan-rekannya untuk keluar ruang sidang bersamaan dengan suaminya.
5. Obati Bisul Pasien

Pada hari Selasa, tanggal 18 Desember 2018, sekira pukul 17.00 Wib, korban Alex Sandra datang menemui Jumraini di rumahnya.

Hal itu untuk mengecek Bisul yang berada di telapak kaki bagian kanannya.

Lalu sekira setengah jam kemudian, korban Alex Sandra pulang ke rumah dan berkata kepada saksi Karim, “Saya tidak jadi berobat, saya takut dibelek Bisul saya sama bu Jumraini."

Namun, Karim menyuruhnya untuk menunggu Arina dulu.

Sekira pukul 16.00 WIB, Arina pergi ke rumah terdakwa untuk mengecek apakah terdakwa sudah berada di rumah atau belum.

Saat itu, Arina bertemu dengan Jumraini.

Arina mengatakan kepada Jumraini bahwa Alex Sandra mau berobat.

Berita Rekomendasi

Jumraini pun menjawab untuk membawa Alex ke rumahnya.

Selanjutnya, Arina menyusul Alex Sandra dan membawanya ke rumah Jumraini dengan mengendarai Sepeda Motor.

Setelah sampai di rumah Jumraini, Bisul yang terdapat di kaki Alex Sandra langsung diperiksa oleh Jumraini.

Kemudian, Jumraini masuk ke dalam.

Sekitar 10 menit kemudian, terdakwa keluar dari rumah dan membawa 1 buah baskom warna hijau berisi air hangat dan 1 wadah stenlis yang berisi alat–alat berupa gunting kecil, gunting besar, dan pisau kecil.

Jumraini kembali lagi ke dalam rumahnya dan keluar dengan membawa kain kasa, botol alkohol, suntikan yang masih dibungkus, sarung tangan, dan beberapa botol kecil yang berisi cairan untuk suntikan.

Jumraini menyuntikan jarum yang telah berisi cairan obat ke telapak kaki kanan korban Alex Sandra sebanyak satu kali.

Setelah itu, Jumraini melakukan pembedahan dengan cara dibelek menggunakan pisau stenlis kecil hingga korban Alex Sandra menjerit kesakitan.

Jumraini lalu menyuntikan kembali suntikan yang diisi cairan obat dari botol kecil ke telapak kaki kanan korban Alex Sandra.

Lalu dengan menggunakan gunting kecil, Jumraini membuka lubang yang telah dibeleknya agar lebih lebar.

Selanjutnya, Bisul tersebut dipencet dan ditekan tekan hingga mengeluarkan banyak darah dan nanah dari Bisul yang ada pada telapak kaki kanan Alex Sandra.

Setelah itu, Jumraini menyuruh Arina untuk membersihkan darah dan nanah yang mengalir di telapak kaki Alex Sandra tersebut menggunakan kain kasa yang diberi air hangat, dengan cara membasuh dan menyiramnya secara perlahan.

Kemudian, Jumraini menyuruh saksi Arina untuk membersihkan kaki dan telapak kaki kanan Alex Sandra menggunakan kain kasa dan alkohol.

Setelah dibersihkan, Jumraini menyuruh saksi Arina untuk mengikat telapak kaki Alex Sandra menggunakan kain kasa. 

Setelah semua proses itu selesai, Alex Sandra soal biaya.

Jumraini menjawab sebesar Rp 110 ribu.

Alex Sandra memberikan uang sebesar Rp 50 ribu kepada Jumraini dan berkata bahwa sisanya akan dikirim Karim. 

Setelah itu, Alex Sandra dan Ariana pulang  ke rumah.

Di rumah, Alex Sandra makan dan minum obat.

Lalu, Alex Sandra tidur.

Sekira pukul 22. 00 WIB, Alex Sandra terbagun dan mengeluh sakit kepala, badan panas, dan sakit pada bagian kakinya.

Pada Kamis, 20 Desember 2018 sekira Pukul 15.00 WIB, Alex Sandra mengeluh kesakitan di bagian kakinya dan kondisinya menurun.

Sekira pukul 23.00 WIB, Alex Sandra tidak sadarkan diri.

Pada Jumat, 21 Desember 2018 sekira pukul 11.00 WIB, Alex Sandra tersadar dan minta diobati. 

Arina dan ibunya mendatangi puskesmas dan meminta bantuan perawat di puskesmas untuk mengecek keadaan kakaknya Alex di rumah.

Sesampainya di rumah, perawat bertanya orang yang telah merawat Alex sebelumnya.

Karin menjawab bahwa orang yang merawat adalah Jumraini yang bekerja di RSU Ryacudu Kotabumi.

Perawat dari puskesmas tersebut tidak mau memeriksa keadaan Alex Sandra dengan alasan telah ditangani oleh Jumraini.

Kemudian, Arina pergi ke rumah Jumraini.

Tetapi, Jumraini belum pulang kerja di RSU.

Sekira pukul 11.30 WIB, Arina membawa Alex Sandra ke RSU Ryacudu Kotabumi karena kondisi Alex Sandra tidak sadarkan diri.

Setelah dilakukan penanganan medis di RSU, sekira pukul 16.00 WIB, Alex Sandra meninggal dunia di RSU Ryacudu Kotabumi. 

Jenazah Alex kemudian dimakamkan di TPU Bumi Agung pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 11.00 WIB. 

Dalam kasus pengobatan Bisul tersebut, majelis hakim menjatuhkan vonis hukuman denda sebesar Rp 20 juta kepada perawat asal Lampung Utara, Jumraini pada Kamis (19/12/2019).

Demikian 5 Fakta kasus perawat asal Lampung Utara, Jumraini, yang didakwa karena obati pasien yang sakit Bisul. (tribunlampung.co.id/anung bayuardi)

Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Perawat Asal Lampung Jumraini Harus Bayar Rp 20 Juta, Berawal dari Obati Pasien Sakit Bisul, https://lampung.tribunnews.com/2019/12/21/perawat-asal-lampung-jumraini-harus-bayar-rp-20-juta-berawal-dari-obati-pasien-sakit-bisul?page=all.

Sumber: Prohaba
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas