Senada dengan Anies, Gubernur Ridwan Kamil juga Tak Ingin Mencari Kambing Hitam soal Banjir
Senada dengan Anies, Gubernur Ridwan Kamil juga Tak Ingin Mencari Kambing Hitam soal Banjir
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Miftah
Puncaknya akan terjadi di bulan Februari hingga akhir Maret 2020.
"Ini merata di wilayah Sumatera bagian selatan, kemudian Jabodetabek , Jawa tengah, Jawa Timur, DIY."
"Menerus ke arah timur Bali, NTB, NTT, Papua dan Papua Barat. Serta Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi," tambahnya.
Baca: Cerita Dibalik Video Heroik Pria yang Rela Terjang Banjir Demi Antar Makanan kepada Teman-temannya
Senada dengan pendapat dari BMKG, Pakar Bioteknologi Lingkungan Universitas Indonesia, Firdaus Ali curah hujan tinggi penyebab banjir di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Menurut Firdaus curah hujan tersebut merupakan curah hujan tertinggi di dalam catatannya.
Di tahun 2017 curah hujan di kawasan Jabodetabek menyentuh angka 340 mm.
Sementara itu, di tahun 2013 curah hujan hanya berkisar 300 mm.
"Jadi ini curah hujan yang sangat ekstrim," kata Fordaus dikutip dari tayangan Breaking News KompasTV, Rabu (1/1/2020).
Firdaus menambahkan, bencana banjir yang berulang kali melanda wilayah khususnya DKI Jakarta sudah bisa diprediksi jauh sebelum terjadi.
"Kita bisa memperkirakan berapa besaran curah hujan yang akan menimbulkan debit air bertambah," lanjut Firdaus.
Pria berkacamata ini, menyarankan untuk semua pihak terkait untuk mengubah cara padang ketika melihat bajir.
Menurut Firdaus, memikirkan langkah antisipasi banjir seharusnya sudah dilakukan ketika berada di musim kemarau, bukan di musim penghujan.
Dengan harapan antisipasi banjir dapat dilakukan sedini mungkin.
"Kita selalu lupa, ketika musim hujan kita baru kemudian banjir genangan, kita panik lalu sibuk mengevakuasi.
Ini yang perlu kita rubah," beber Firdaus.
(*)
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)