Tati Berlari Sambil Menangis Tinggalkan Anak yang Terkepung Banjir Saat Rumahnya Diterjang Lumpur
Tati mengaku saat itu dia tak berhenti menangis mengingat anak dan cucunya yang ada di seberang Sungai Cidurian.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy
TRIBUNNEWS.COM, CIGUDEG - Tahun baru 2020 jadi momen yang tak bisa dilupakan bagi Nenek Tati (61) terkait peristiwa hebat yang menimpa kampung halamannya di Kampung Ciasahan, Desa Sukamaju, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor.
Rabu (1/1/2020) pagi, saat Nenek Tati beranjak ke dapur untuk membuat sarapan, dikejutkan dengan volume air Sungai Cidurian di samping rumahnya yang meluber ke beberapa petak sawah di kampungnya.
Tati tahu betul, sejak subuh, hujan deras yang mengguyur memang tak kunjung reda.
Sekitar pukul 07.00 WIB, air yang meluber ke pesawahan itu semakin meluas bahkan menutupi belasan hektare sawah.
"Udah kayak lautan lah sawah itu," ungkap Nenek Tati saat berbincang dengan TribunnewsBogor.com di Posko Bencana Kecamatan Cigudeg, Kamis (2/1/2020).
Baca: Cerita 2 Kampung Mati di Bogor, Ratusan Rumah Tak Berpenghuni, Kendaraan Ditinggalkan Pemiliknya
Baca: Banjir di Bogor, 3.780 KK Masih Berada di Pengungsian
Sekitar pukul 08.00 WIB, Tati mengaku melihat langsung banjir luapan Sungai Cidurian semakin mengganas.
Bahkan jembatan penghubung satu-satunya putus dan beberapa komponennya besi hanyut diterjang banjir luapan sungai tersebut.
Saat itu, hampir semua wanita yang melihat kejadian itu histeris, tak terkecuali Tati sendiri.
Warga langsung berlarian meninggalkan rumah masing-masing meskipun akses jalan yang dilintasi sudah digenangi air lumpur.
Tati mengaku bahwa saat itu dia tak berhenti menangis mengingat anak dan cucunya yang ada di seberang Sungai Cidurian.
Baca: Banjir Bandang di Labura, 39 Rumah Rusak dan Hanyut, 5 Orang Hilang
Baca: Pemkab Bogor Bakal Launching Branding Logo Baru Sport and Tourism di Acara Malam Harmoni Bogor
Dia menyadari bahwa anaknya beserta warga di pemukiman tersebut tak bisa lari kemana pun saat banjir melanda setelah akses jembatan satu-satunya putus.
Pemukiman yang terisolir tersebut kata dia, jadi terlihat seperti pulau di tengah lautan karena kebetulan posisi terapit oleh dua sungai yakni, Sungai Cidurian dan Cikole.
Setelah diajak tetangga, Tati pun ikut berlari meninggalkan rumah walau pun sambil tak henti menangis melihat kejadian itu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.