Tati Berlari Sambil Menangis Tinggalkan Anak yang Terkepung Banjir Saat Rumahnya Diterjang Lumpur
Tati mengaku saat itu dia tak berhenti menangis mengingat anak dan cucunya yang ada di seberang Sungai Cidurian.
Editor: Dewi Agustina
"Kita lari-lari sebisa kita, nangis ibu mah, ke sana kemari lihat itu air. Ya Allah gusti, gunung udah longsor, anak-anak masih di seberang sana, ibu di seberang sini, jembatannya udah ambruk, air masuk ke rumah ibu," cerita Nenek Tati.
Tati mengaku dirinya langsung mengungsi ke rumah kerabat yang kebetulan letaknya agak jauh dari lokasi banjir.
Dia juga mengaku tak sempat membawa barang apapun kecuali pakaian yang dia kenakan saat itu.
Baca: Banjir di Perumahan LIPI 2 Desa Rawa Panjang, Satu Orang Tewas Usai Terseret Arus
Baca: Detik-detik Bupati Labura Khairuddin Syah Terjatuh ke Sungai Arus Deras Hingga Nyaris Hanyut
Beruntung, keluarganya yang terkepung banjir pasca jembatan putus berhasil selamat setelah saat kejadian mereka berkumpul di sebuah masjid yang kebetulan posisinya lebih tinggi dari rumah-rumah warga di kawasan itu.
"Yang di sana lari ke masjid, karena gak bisa kemana-mana, buntu. Alhamdulillah, gak ada yang meninggal, cuma rumah ada yang rusak, barang-barang hilang, mobil terseret, ternak bebek, kambing, ayam pada hanyut," kata Tati.
Pasca kejadian tersebut, sore hari setelah banjir menyusut, Tati mengaku kembali ke rumah dan mendapati perabotan rumahnya hilang karena hanyut dan beberapa bagian rumahnya rusak tertimpa pepohonan yang terbawa arus banjir.
Banjir Kedua
Warga lain, Santi (43), mengaku seingat dia kejadian banjir di Desa Sukamaju ini adalah yang kedua kalinya.
Banjir luapan Sungai Cidurian juga sempat melanda di kawasan itu pada tahun 1989 silam.
"Pernah juga tahun 1989 tapi waktu itu malam hari kejadiannya. Yang sekarang ini hujan dari jam 03.00 WIB, jam 04.00 WIB air mulai naik sampai pagi. Warga yang terjebak gak bisa kemana-mana karena jembatannya putus itu kita ditengah-tengah kali, Kali Cikole sama Kali Cidurian, jadi kayak pulau," kata Santi.
Kini, permasalahan utama yang dialami warga korban banjir di desa ini adalah sulitnya mendapatkan air bersih.
Baca: Hilman Terseret Luapan Arus Sungai di Bogor, 8 Desa di Jasinga Terendam Air
Baca: Banjir Bandang di Lahat, Lima Desa Terisolir
Sebab selang saluran air gunung yang digunakan warga ini terputus setelah diterjang banjir dan mereka sama sekali tak memiliki sumur.
Kampung ini adalah satu dari 8 desa terisolir di seluruh Kabupaten Bogor pasca dilanda banjir dan longsor saat awal tahun baru 2020.
Namun, kini warga telah berhasil membuat jembatan darurat menggunakan bambu setelah warga terisolir selama sekitar 29 jam tanpa air bersih dan listrik.
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Rumah Diterjang Lumpur, Nenek Tati Berlari Sambil Menangis Tinggalkan Anaknya Terkepung Banjir