Waspada, Dua Bibit Siklon Tropis Picu Hujan Sedang Hingga Lebat di Bali
BMKG mendeteksi munculnya dua bibit siklon tropis yaitu "91S" di Samudera Hindia sebelah selatan Nusa Tenggara Timur dan "92S" di Laut Arafuru.
Editor: Dewi Agustina
Ekstremitas cuaca diartikan sebagai kondisi cuaca yang tidak biasa terjadi sehari-hari. Misalnya curah hujan mencapai 100.000 mm per jam.
Hingga pekan kedua Januari 2020, potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat (petir) dan angin kencang bakal terjadi di sebagian besar wilayah Bali.
Selama periode musim hujan ini, tinggi gelombang laut pun dapat mencapai 2,0 meter atau lebih di sekitar Laut Bali, Selat Bali bagian Selatan, Selat Badung, Selat Lombok dan Samudera Hindia Selatan Bali.
Kepada Tribun Bali, Minggu (5/1/2020), Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar Iman Faturahman mengatakan, potensi curah hujan dengan intensitas rendah, sedang hingga tinggi masih akan mengguyur wilayah Bali.
Baca: BMKG Imbau Waspada Cuaca Ekstrem Seminggu Mulai 5-12 Januari 2020, BNPB: Siapkan Tas Siaga Bencana
Baca: BMKG Prediksi Adanya Aliran Udara Basah dari Samudera Hindia ke Pulau Sumatera dan Jawa
"Hujan berlangsung dari bulan Desember hingga bulan Maret," ujarnya.
Iman Faturahman mengatakan, hujan disertai angin kencang yang bertiup dari selatan Indonesia atau dari arah Barat Australia.
Tiupan angin kencang tersebut mengakibatkan pohon-pohon bertumbangan di beberapa wilayah Bali sejak Sabtu (4/1/2020) hingga Minggu (5/1/2020).
BMKG, kata Iman, sudah menyurati Gubernur Bali mengenai cuaca ekstrem tersebut.
BMKG Wilayah III Denpasar juga bersinergi dengan pihak terkait seperti BPBD dan instansi lainnya.
"Untuk masyarakat pesisir atau yang beraktivitas di laut agar bisa memperhatikan gelombang dan angin karena gelombang laut cukup tinggi dan angin kencang. Jadi kita harap semua tetap berhati-hati," kata Iman.
Deputi Bidang Meteorologi R Mulyono Rahadi Prabowo juga mengingatkan masyarakat agar tetap waspada.
"BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan potensi cuaca ekstrem dan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat dan angin kencang berpotensi terjadi di beberapa wilayah," kata Rahadi Prabowo, Minggu (5/1/2020).
Dia menjelaskan, berkurangnya pola tekanan rendah di Belahan Bumi Utara (BBU) dan meningkatnya pola Tekanan Rendah di wilayah Belahan Bumi Selatan (BBS) mengindikasikan terjadinya peningkatan aktivitas Monsun Asia yang dapat menyebabkan penambahan massa udara basah di wilayah Indonesia.
Meningkatnya pola tekanan rendah di BBS (sekitar Australia) dapat membentuk pola konvergensi (pertemuan massa udara) dan belokan angin menjadi signifikan meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia terutama di bagian selatan ekuator.